Dobel up!!!! 🥳🥳🥳🥳
~.a.b.c.~
Hari yang Haechan tunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Hari dimana akhirnya keinginannya terwujud.
Kebun binatang. Bersama suami dan anaknya.
Mereka sekarang dalam perjalanan. Dengan sang suami di balik kemudi, dan dirinya yang memangku Minhyuk. Sosok bayi yang tengah tidur dengan sangat nyaman.
"Mark kita akan ke kebun binatang yang dimana?" tanya Haechan.
Dengan sebelah tangan menopang kepala si bayi, sementara tangan lain ia gunakan untuk mengusap-usap keningnya. Agar tetap tidur.
"Yang di **** sesuai perintah Bubu"
Haechan mengangguk. Cukup jauh memang. Berharap mereka tak bertemu siapapun yang mereka kenal disana.
Agar lebih tenang juga acara jalan-jalannya.
"Aku lapar, Mark" cuit Haechan lagi.
Kemudian mengambil bekal yang tadi sudah ia siapkan.
"Mark mau?"
Sebuah tempat makan berisi potongan semangka dengan ukuran yang kecil.
"Hm"
Haechan artikan sebagai 'ya' meski hanya gumaman saja.
Ditusuknya potongan semangka itu dan menyuapkannya ke mulut sang suami yang masih fokus dengan jalanan di depannya.
"Lain kali aku ingin Mark mengajariku menyetir juga ya?"
Meski usianya yang lebih tua, Haechan yang sebelumnya hidup sederhana itu belum sempat belajar untuk mengemudikan mobil. Mungkin akan berbeda jika sejak awal ia tidak pernah terpisah dari sang ayah.
Tidak. Haechan tidak boleh menyesali apapun yang telah terjadi.
Ia harus bersyukur atas apa yang ia dapatkan sekarang.
"Untuk apa?"
Haechan nampak berpikir sejenak.
"Kalau aku bisa menyetir sendiri kan aku bisa mengajak Minhyuk jalan-jalan, tidak perlu menunggu Mark"
"Tidak akan kuajari kalau begitu"
Haechan langsung mengerucutkan bibirnya.
"Kenapa? Dengan begitu kan aku tak perlu merepotkan Mark lagi" dengusnya masih tak terima.
"Kau bisa saja membawa lari anakku"
"Aku tidak akan pernah melakukannya, Mark"
"Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi nanti"
Haechan semakin mengerucut sebal. Kalau memang dirinya berniat begitu, sudah dari dulu ia melakukannya. Bukan justru menurut saja terjebak di apartemen milik sang suami seperti sekarang kan?
"Akh! Kau ingin membunuhku?!"
Dan perasaan hatinya sejalur dengan apa yang ia lakukan.
Memang benar ia menyuapi suaminya seperti sebelumnya, tapi kali ini tak ada semangka. Hanya garpu yang menusuk ke dalam mulut Mark.
"Hiks"
Teriakan itu berhasil membangunkan sosok yang daritadi tenang-tenang saja.
"Ini salah Mark"
Dan Haechanpun segera meletakkan kotak makannya. Menenangkan si bayi yang merasa terganggu.
Minhyuk. Bayi pintar itu menarik-narik ujung pakaian Haechan sambil merengek-rengek.