Wohooo~ Selamat malam minggu bagi yang menjalankan 😁😆
~.a.b.c.~
Wajah Haechan merona saat sebuah bibir membungkam mulut terbukanya.
Pertama kali? Bukan. Mark sudah pernah menciumnya sebelum ini. Tapi tetap saja perasaannya tetap sama. Debaran halus nan kencang itu juga tetap sama.
"Mark... Menciumku..."
"Aku hanya melakukan apa yang kulakukan pada Minhyuk"
Dengan malu-malu, Haechan menunjukkan senyuman kecilnya.
"Rasanya berbeda"
"Hm?"
Haechan menaikkan alisnya bingung. Tak paham apa maksud sang suami.
"Mencium Minhyuk dan menciummu. Rasanya berbeda"
"Be...be...berbeda bagaimana?"
Rona merah kembali menghiasi wajah manisnya.
"M...m...mark...?"
Salah tingkah sendiri ketika sang suami menatap tajam ke arahnya. Ke arah bibirnya lebih tepatnya.
Haechan hanya diam saja ketika Mark kembali ke si bayi.
Cup~
Cup~
Cup~
Menciumi si bayi seperti sebelumnya hingga Minhyuk kegelian sendiri dan melonjak-lonjak kesenangan.
Cup~
Bukan. Bukan wajah Minhyuk lagi yang menjadi sasaran.
"Mmmmmm...."
Bahkan menyebut nama suaminya saja menjadi lebih susah sekarang. Karena ada bibir yang menghalangi mulutnya terbuka.
"MARK!"
Dan berteriak begitu Mark melepaskannya.
Wajahnya merah padam sekarang. Sangat merah dibanding sebelumnya. Bahkan mencapai telinganya.
"Aku hanya ingin memastikan saja"
"Me...memasti...kan...apa?"
"Perbedaan itu"
"Ja...jadi...apa...perbe...daannya, Mark?"
"Minhyuk begitu menggemaskan dengan pipi tembam dan memerahnya itu"
"La...lalu?"
Tak sabar menunggu kelanjutan jawaban sang suami. Lebih tepatnya pendapat sang suami mengenai dirinya sendiri.
Yah, mengenai Minhyuk memang tak perlu dipertanyakan lagi. Dirinya sendiri saja begitu gemas dengan bayi lucu gembul itu.
"Kalau kau..."
"Aku...?"
Harap-harap cemas.
"Tidak menggemaskan. Tidak lucu juga. Hanya gendut saja"
Sia-sia. Seharusnya Haechan tahu jika ia tak perlu mengharapkan apapun dari suaminya ini.
Sudah berapa kali kata 'gendut' dilemparkan padanya? Ia merasa tidak gendut. Hanya belum langsing saja. Iya kan?
"Lalu apa yang membuatku bertahan menciummu?"
Huh? Rupanya ada kelanjutan lainnya.
"Apa karena bibir kenyalmu ini?"
Haechan memundurkan wajahnya secara reflek saat sang suami mendekatkan jari telunjuknya. Seperti akan menyentuh bibirnya.
"Bibir Minhyuk kecil, dan masih tipis"