"Sekian pelajaran hari ini. Sampai jumpa minggu depan"
Haechan menutup kelas paginya hari ini. Membereskan barang-barangnya sebelum menuju ke ruang guru. Istirahat. Ia lapar sekarang.
"Maaf, Pak. Bisa bicara sebentar?"
Saat akan pergi, sebuah suara menahannya.
"Iy... Mark?"
Memang mereka masih di dalam kelas, pantas saja anak ini bersikap sopan padanya.
"Eum... Baiklah"
Baru kali ini pemuda ini yang mengajaknya bicara terlebih dahulu. Dan tak mungkin Haechan menolaknya.
'Ah, pasti mengenai Dad'
Dan ia mengingat mengenai kejadian kemarin.
Terlanjur meng'iya'kan, akhirnya Haechanpun mengikuti kemana Mark berjalan. Pastinya tempat yang sepi.
"Ada apa, Mark?" tanyanya saat mereka sudah berhenti.
"Dasar brengsek"
Suara pelan itu terdengar di telinga Haechan.
"Mark, maaf. Aku tidak bermaksud-"
"Apa untungnya kau menyuruhku menikahimu?!"
Mark berbalik dan langsung memberikan tatapan tajamnya.
"Aku...tidak memintanya" cicit Haechan pelan.
"Lalu kau ingin mengambil Minhyuk lagi setelah membuangnya?!"
Haechan menggelengkan kepalanya.
"Jangan berpura-pura seperti ini di depanku! Lalu menusukku dari belakang! Dasar breng-"
"Bahkan Ayahku saja belum sempat memukulmu"
Haechan yang reflek memejamkan mata saat tangan Mark terangkat itu membuka kedua matanya perlahan.
"Dery~"
Terkejut saat ada sang adik yang menghempaskan tangan Mark yang sudah jelas akan melakukan sesuatu padanya. Entah menampar atau memukulnya.
"Jadi selama ini kau berpihak padanya? Oh aku lupa, kau kan Adiknya. Bodoh sekali aku mempercayaimu selama ini"
"Ini bukan soal aku memihak siapa, bersikaplah seperti seorang lelaki. Bicaralah baik-baik"
Mark hanya memutar bola matanya malas. Seolah tak mempercayai lagi apa yang pemuda itu katakan padanya.
"Kalian menjebakku"
"Ayolah Mark, kau ini sudah menjadi ayah. Jangan bersikap kekanakan begini" sahut Hendery lagi.
Sementara Haechan masih diam saja diantara dua orang yang lebih tinggi darinya ini. Diam-diam tersenyum karena sang Adik seolah melindunginya.
Senang? Jangan ditanya lagi.
"Baiklah. Biar aku yang meluruskan, karena orang ini sepertinya terlalu takut hanya sekedar berbicara padamu" ujar Hendery sambil menunjuk Haechan.
Lirikan Mark semakin tajam saja, membuat Haechan semakin bersembunyi di balik tubuh sang adik.
"Ayahku yang mencari tahu sendiri, tidak ada salah satupun diantara kami yang memberitahunya. Bahkan Ayahku memukulku saat mengetahui jika aku juga sudah tahu sebelumnya. Dan mengenai pernikahan atau apapun yang Ayahku ucapkan, itu idenya sendiri. Tanpa meminta persetujuan orang di belakangku ini"
Haechan mengangguk-angguk, meski Mark tidak dapat melihat anggukkannya. Benar-benar menyembunyikan dirinya di balik tubuh Hendery.
"Bukankah lebih baik memberitahu kedua orang tuamu sekarang?" tanya Hendery.