Pelan-pelan aja ya bacanya 😎
~.a.b.c.~
"Mark"
"Hm"
"Mark memangnya ingin memiliki anak berapa?"
"Tidak tahu"
Haechan mengaduk-aduk makanannya sambil melirik ke depan, dimana sang suami tengah menikmati hidangan di depannya.
Mereka kini tengah menikmati hidangan yang disediakan oleh hotel tempat mereka menginap. Makan berdua di balkon dekat kolam renang sambil menikmati udara segar dari alam.
Romantis kan?
"Kalau... Kalau... Aku tidak bisa memberikan Minhyuk adik... Bagaimana?"
"Ya sudah"
Mendongak sambil tersenyum kecil mendengar jawaban singkat itu.
"Apa artinya kita akan berpisah?"
"Kenapa?"
Menggigit bibir bawahnya saat mendapatkan pertanyaan balik nan singkat itu.
"Karena... Karena... Aku tidak bisa memberikan apa yang Mark inginkan.... Adik Minhyuk"
"Lalu?"
Haechan diam dan kembali menunduk.
"Mark... Tidak marah?"
"Jangan banyak bicara dan habiskan makananmu"
Tak mengatakan apapun setelahnya. Menuruti perintah sang suami dan tak ingin Mark marah padanya.
Dari nada bicara pemuda itu, sepertinya Mark tak ingin berbicara lagi padanya. Yah, meski biasanya juga sudah cuek sih.
Setelah acara makan selesai dan sisa-sisanya sudah dibersihkan oleh pihak hotel, Haechanpun berniat keluar. Sekedar berjalan-jalan di sekitar hotel karena melihat sang suami nampak masih lelah. Mark sudah kembali berbaring di kasur.
"Mau kemana?"
Baru mencari topinya, suara itu kembali terdengar.
"Aku ingin jalan-jalan, Mark"
"Kemana?"
"Eum... Mungkin hanya di sekitar sini"
"Untuk apa?"
Mencebik kesal mendengar pertanyaan itu dan beranjak mendekati kasur dimana sang suami berada.
"Aku kesini tidak untuk tidur saja"
"Kau kesini untuk kutiduri"
Astaga. Jawaban yang langsung saja membuat wajah Haechan merona.
"A... Apa sih?!"
Kemudian berbalik, menyembunyikan wajah merahnya, dan berniat untuk pergi saja. Mark kan sedang tidur ju-
"Akh!"
Tubuhnya tertarik ke belakang, terjungkal hingga sebagian badannya terbaring di atas kasur.
"Mark, aku-"
"Aku serius"
Tak bisa bergerak, bahkan melanjutkan bicaranya, ketika sang suami sudah berada di atasnya. Mengurungnya di antara kedua tangannya.
"Kau tetap disini"
Wajahnya semakin memerah saat dahinya bersentuhan dengan dahi sang suami.
Terlalu dekat!
"A...a...aku..."
Bahkan suaranya terdengar sangat pelan.
"Aku yang memulai atau kau buka sendiri bajumu?"