4

52K 6.4K 592
                                    

"Lee Minhyung-ssi?"

Haechan meraih pundak orang yang tengah duduk sendirian itu. Memanggilnya dengan ramah.

Dan berhasil. Orang itu menolehkan kepalanya.

"Maaf, Anda salah orang"

Menepis tangan Haechan dan memalingkan kembali wajahnya.

"Kalau begitu.... Mark Lee?"

Haechan sudah mendapatkan informasi ini dari ketua kelas. Anak yang memiliki nama barat dan nama lokal. Meski lebih sering dipanggil dengan nama baratnya.

"Sudah saya bilang, Anda salah orang"

Tapi Haechan yakin jika ia berbicara dengan orang yang benar. Dengan orang yang ia maksud.

Haechan memutar untuk bisa menatap langsung ke arah muridnya ini. Nampak anak itu tengah bermain sendiri dengan ponselnya.

"Bisa bicara sebentar?" ujarnya masih tetap menjaga keramahannya.

Anak itu seperti nampak terganggu dengan kehadiran Haechan. Berdiri dan hendak pergi.

"Saya sibuk" ujarnya.

Namun Haechan yang masih penasaran itu tak langsung menerimanya begitu saja. Ini jam istirahat. Dan nyatanya sejak tadi anak ini bermain sendiri dengan ponselnya. Tidak 'sibuk' seperti apa yang ia katakan.

"Mark Lee. Hanya sebentar saja"

Ditahannya lengan itu agar tetap disana.

Tempat itu sepi. Tak ada murid atau guru yang lewat sana.

"Sudah saya bilang kalau saya sibuk!"

Dihempaskannya tangan Haechan tanpa ragu.

"Saya tidak tahu apa salah saya, kenapa Mark Lee terlihat membenci saya?!"

Haechan berteriak saat anak itu hampir saja meninggalkannya. Dan berhasil. Teriakannya berhasil membuat orang yang akan pergi itu kembali berbalik.

Berjalan mendekatinya dengan aura yang berbeda dari sebelumnya.

Tentu saja muridnya yang notabanenya lebih tinggi darinya itu berhasil membuat Haechan merinding seketika.

Kakinya otomatis mundur saat langkah itu mendekat.

Haechan tidak tahu kenapa. Yang jelas ia takut pada anak ini. Kenapa?

Hingga tak ada jalan lain untuknya mundur. Punggungnya sudah terbentur tembok kokoh di belakangnya.

Padahal dirinya sendiri tadi yang memaksa agar anak ini tetap tinggal dan bicara dengannya. Tapi dia sendiri pula yang ingin pergi dari tempat itu sekarang.

"Kau bertanya kenapa aku membencimu?"

Tangan besar itu sudah bersandar di tembok belakang Haechan. Mengurung Haechan yang mulai bergetar itu di tengah-tengahnya.

Apalagi suara rendah yang terdengar mengerikan baginya sekarang. Aura intimidasi yang begitu kuat.

"Bi...bisa...mundur...sedikit?"

Bahkan suara Haechan sudah terdengar bergetar. Dan iapun tak berani menatap langsung ke arah mata tajam itu.

Sudah tidak perduli jika anak yang mengukungnya ini tidak menggunakan bahasa formal lagi padanya.

"Kau yang memaksa untuk berbicara kan?"

Haechan takut! Ingin menangis saja rasanya sekarang!

Kenapa suara anak SMA yang jelas-jelas usianya lebih muda darinya terdengar sangat menyeramkan begini?!

Baby (MarkHyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang