Hi, Hello, Annyeong ^^
~.a.b.c.~
"Wah, tak menyangka bisa bertemu disini ya"
Haechan hanya tersenyum dan memberikan anggukkannya.
"Pak Choi sendirian?" tanyanya balik.
"Ya, begitulah nasib duda seperti saya ini"
"Anak Bapak?"
"Dengan kakek dan neneknya. Tidak mungkin malam-malam saya membawa mereka keluar"
Haechan kembali mengangguk-anggukkan kepalanya. Benar juga.
"Oh ya, yang di sebelah Pak Donghyuk itu siapa? Sepertinya tidak asing"
Haechan tersenyum kaku saat akhirnya pertanyaan itu keluar dari bibir si duda keren ini.
"Ini.... Eum... Itu Pak... Eum..."
Seperti biasanya, kegugupan membuat Haechan jadi tak benar berbicaranya.
"Siswa sekolah kita, bukan? Wajahnya tak asing" sahut Pak Choi karena Haechan terlalu lama menjawab.
"Ah, itu..."
"Saya Mark, dari kelas XX"
Dada Haechan berdetak semakin cepat saja saat sosok yang dibicarakan akhirnya menjawab juga.
Posisinya sangat canggung sekarang. Berada diantara dua orang yang memiliki aura kuat masing-masing. Seakan berada diantara dua singa. Ingin pulang saja kalau begini.
"Mark? Yang dari kelas XX?!"
"Hm"
"Astaga! Jadi kau yang akhir-akhir terkenal itu? Tak menyangka siswa yang terkenal di sekolah ternyata bentuknya seperti ini"
"Apa maksud Bapak?"
Haechan semakin menciut saja diantara mereka. Ia hanya ingin makan.
"Oh, maaf"
Pak Choi melirik ke arah Haechan yang diam saja. Kemudian ke arah Mark yang menunjukkan kerutan di dahinya.
"Bisakah kita lupakan keformalitasan guru dan murid ini? Anggap saja sebagai kenalan yang lama tak berjumpa" lanjutnya.
Terlalu santai pikir Haechan. Sebagai orang yang menangkap basah dirinya dan Mark yang tengah makan berdua tengah malam.
"Maaf kalau aku terlalu antusias tadi. Jadi, gosip itu benar ya? Sebelumnya aku tak terlalu memperdulikannya, tapi melihatnya langsung begini sepertinya menarik"
Seperti perkataan sebelumnya, sudah tidak menggunakan kalimat formal seperti di sekolah lagi.
"Bukan urusanmu"
Dan bahkan Markpun menjawab tanpa sopan santun.
"Mark!"
Haechanpun mencubit pinggang di sebelahnya dan membulatkan mata, seolah memarahi suaminya itu atas ketidaksopanannya.
"Hei, tak masalah. Aku sendiri yang memulainya"
Haechan hanya diam saja setelahnya. Ia tak mengerti apa yang ada di pikiran dua orang ini sekarang.
"Jadi Pak Donghyuk ini orang tua tiri Mark ya? Kalau dari gosipnya begitu. Tapi..."
Haechan melirik ke arah Pak Choi. Penasaran dengan kalimat selanjutnya.
"Kalian tidak seperti pasangan orang tua dan anak. Tadi aku bahkan menyangka jika Pak Donghyuk bersama suaminya"
Dada Haechan kembali bergemuruh dengan cepat saat kata 'suami' diucapkan.