Seperti biasanya.... Di skip ya 😉
~.a.b.c.~
"Mark"
Entah sudah berapa kali Haechan menyebut nama itu. Namun si pemilik nama sama sekali tak membalas panggilannya.
Ia barusaja menyusui Minhyuk, dan kini bayi itu tengah dimandikan oleh neneknya.
Masuk perlahan dan melihat orang yang dipanggil masih saja berada di posisi yang sama. Masih bergelung dalam selimut.
Haechan mendekat. Berbaring miring menghadap sosok yang benar-benar pulas dalam tidurnya. Sama sekali tak terganggu dengan gerakan kasur akibat ulahnya.
"Mark" panggilnya lagi.
Menusuk-nusuk pipi tirus sang suami yang masih memejamkan kedua matanya.
Kemudian terkekeh kecil setelahnya. Sudahkah Haechan bilang kalau wajah tidur suaminya ini menggemaskan?
"Mark tampan" cicitnya dengan kekehan yang tidak hilang.
Cup~
Dikecupnya pipi tirus yang barusaja ditusuk dengan telunjuknya.
"Lagi" gumamnya pada diri sendiri.
Cup~
Cup~
Cup~
Menciumi setiap inchi wajah tampan yang masih terlelap damai itu.
"Mark benar, aku jadi binal sekarang" gumamnya setelah selesai dengan acara menciumi wajah sang suami.
Digigitnya bibir bawahnya, menunjukkan ekspresi khawatir.
"Aku juga tidak tahu kenapa bisa begini. Melihat Mark saja membuatku menginginkannya" curhatnya pada sosok yang masih memejamkan matanya.
Sengaja memang. Berbicara saat suaminya ini tidak dalam keadaan sadar.
"Apa Mark jadi membenciku ya?"
Tangan Haechan bergerak turun. Membuka selimut yang melindungi tubuh sang suami dari udara dingin.
Tubuh telanjang Mark.
"Tubuh Mark bagus sekali"
Mulai menyentuh bagian tubuh yang ia bicarakan.
"Dada Mark bidang, lengan Mark berotot, dan perut Mark juga terbentuk"
Selain rasa kagum, sedikit terbesit perasaan iri di dalam kalimatnya.
"Sementara aku gendut, berlemak dan perutku... Ah sudahlah"
Percuma saja pikirnya.
"Sudah?"
Haechan berjengit dan sedikit mundur saat mendengar suara itu. Dan saat ia mendongak, benar saja dugaannya. Itu suara orang yang barusaja ia bicarakan dengan dirinya sendiri.
"Mark... Sudah bangun?"
"Hm"
"Sejak... Kapan?"
"Sejak kau masuk"
Kedua bola mata Haechan membesar tak percaya.
"Kenapa Mark tidak mengatakannya daritari?!"
Dan langsung berteriak begitu saja. Kalau Haechan tahu jika Mark sudah bangun kan, tidak mungkin ia mengatakan atau bahkan menci-
"Astaga! Apa yang kulakukan?!"
Langsung saja menutup wajahnya yang mulai merona.
"Kenapa kau tiba-tiba jadi pemalu? Semalam kan kau-"