17

43.2K 5.8K 1.6K
                                    

"Sebaiknya kalian selesaikan dulu urusan keluarga ini. Jika sudah selesai, hubungi aku"

Sosok tinggi itu pergi begitu saja. Sementara Mark nampak berkeringat dingin menatap tamu lain yang barusaja tiba di apartemennya ini.

"Ada apa Mark? Dan siapa tadi?"

"Eum... Itu... Bubu bagaimana bisa... Tahu alamat ini?"

Mark masih berdiri di depan pintu, dengan si tamu yang nampak kebingungan.

"Ayahmu yang tahu" tunjuk si tamu pada tamu lainnya.

Heol. Bahkan Mark tak menyadari adanya sosok lain di belakang orang yang ia panggil 'Bubu' itu.

Ayah dan Ibunya. Sedang berdiri di depan pintu apartemen dimana ia menyembunyikan anaknya. Luar biasa sekali kan?

"Kenapa Mark pindah ke apartemen? Memangnya rumah kita kenapa?" tanya sang Ibu.

"Eum... Aku... Itu... Eum..."

"Papaaa!"

Habis sudah. Belum sempat mengatakan apapun, sosok kecil nampak muncul dan merangkak cepat ke arahnya.

Langsung menempel di kakinya dan menarik-narik celananya.

Bahkan Mark masih menggunakan seragam sekolahnya daritadi. Sungguh hari yang luar biasa.

"Oh, siapa ini? Lucu sekali"

Sementara Mark yang masih dalam diamnya, sang Ibu justru nampak antusias akan kedatangan si bayi. Berjongkok di depan bayi itu dan mengulurkan tangannya.

"Ada yang ingin disampaikan, anak muda?"

Berbeda dengan sang Ibu yang menyambut hangat si bayi, Ayah Mark yang sepertinya langsung paham situasi itu akhirnya mengeluarkan suaranya.

"Sebaiknya kita masuk dulu" ajak Mark yang masih berkeringat dingin.

~.a.b.c.~

"Bagaimana bisa ada anak selucu ini? Astaga"

Mark duduk diam di tempatnya, sementara anak lucu yang dimaksud itu berada di pangkuan Ibunya Mark. Dengan sogokan makanan di genggaman tangan kecil itu, si bayi nampak tenang-tenang saja.

"Kita bawa pulang saja ya anak ini?"

Daritadi Ibunya memang tak berhenti mengagumi sosok yang berada di pangkuannya itu.

Sementara Mark masih belum bisa tenang. Ayahnya memperhatikannya terus.

"Jadi bagaimana penjelasannya, Mark?"

Dan akhirnya si kepala keluarga mengeluarkan suaranya.

"Begini.... Jadi anak itu..."

Mark menggigit bawahnya saat menjeda jawabannya.

"Anakku"

Dan melanjutkan dengan suara yang amat sangat pelan.

"Apa maksudmu? Kau mengangkat anak karena kami tidak memberimu adik?"

Mark menggelengkan kepalanya cepat.

"Tidak. Anak itu... Anak kandungku, Ayah"

Mark tidak menunduk. Justru penasaran akan reaksi bagaimana yang akan orangtuanya berikan.

Hening. Dua orang itu menatap ke arah Mark dalam diam. Seperti tengah memikirkan sesuatu.

"Oh, begitu"

Tak lama, sang ayah akhirnya memecah keheningan itu.

Dan diam lagi.

Sementara sang Ibu yang akhirnya sadar juga langsung menatap ke arah suaminya.

Baby (MarkHyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang