"Sedang apa?"
Hendery mendongak dan mengernyitkan kening saat sosok yang sangat jarang mengunjungi kamarnya itu tiba-tiba masuk. Pasti ada sesuatu.
"Mengerjakan tugas rumah, Dad"
Ya, itu ayahnya.
"Sulit?"
"Tidak juga"
Ayahnya semakin mendekat dan duduk di atas kasur miliknya. Aneh pikirnya.
"Sekolahmu kemarin menelpon karena kau bolos. Apa yang kau lakukan memangnya?"
Ah, masalah kemarin rupanya. Memang ia tidak mengatakan apapun setibanya di rumah dan langsung masuk ke kamar.
"Oh itu, hanya... bermain dengan teman?" tidak sepenuhnya bohong kan? Meski bukan hal yang benar juga.
"Gurumu bilang kau ke rumah sakit. Lalu Dad menyusul karena takut terjadi sesuatu padamu. Tapi yang Dad temukan justru kakakmu yang ada disana"
Hendery hanya menghembuskan nafas panjangnya.
"Dia bilang terkena bola? Benar begitu?"
"Ya, dan yang menendang bolanya itu temanku. Aku ke rumah sakit untuk mencari temanku itu. Setelah itu kami pergi bermain dan membolos" jawabnya dengan tanpa takut.
Sang ayah hanya mengangguk-angguk saja. Tak menunjukkan akan memarahi anaknya itu.
"Artinya kau tahu kondisi kakakmu kan? Katakan"
Kernyitan kembali terukir di wajah tampan Hendery.
"Terkena bola kan?"
Mengulangi apa yang dikatakan sang ayah tadi. Memang itu kan yang Mark katakan padanya kemarin? Dan saat kejadian juga dia berada disana. Ikut bermain bola juga kan?
"Terkena bola ya? Lalu? Apa bola itu terbuat dari besi atau baja? Atau ada racun dan duri di bola itu?"
"Apa maksud Dad?"
Sang ayah berdiri. Mendekati tempat dimana Hendery duduk. Kursi belajarnya.
"Katakan apa yang Ibumu lakukan pada kakakmu"
Hendery memundurkan kepalanya. Menjauh dan menghindari tatapan mematikan sang ayah yang ia takuti itu.
"Aku tidak mengerti apa yang Dad maksud" balasnya.
"Baiklah. Kita perjelas saja. Bagaimana sebuah bola bisa membuat kakakmu masuk rumah sakit?"
"Aku tidak tahu. Aku hanya datang untuk mencari temanku"
Sang ayahpun mundur. Melipat kedua tangan di depan dada dengan tatapan yang tidak lepas dari Hendery.
"Baiklah, Dad sendiri yang akan bertanya pada temanmu itu"
"Terserah"
Akhirnya sang ayah pergi. Namun tak lantas membuat Hendery tenang.
"Bagaimana ini? Apa aku harus menghubungi Mark?"
Ya, langsung saja pemikirannya tertuju pada teman yang dimaksudnya tadi.
"Tapi Dad tidak tahu kan kalau teman yang kumaksud itu Mark?"
Dan dimulailah percakapan dengan dirinya sendiri. Bertanya dan menjawab sendiri.
"Tapi Dad pasti akan mudah menemukan siapa teman yang kumaksud dan dimana alamatnya"
"Tunggu, kenapa aku yang bingung? Itu kan urusan Mark, bukan urusanku"
~.a.b.c.~
"Papaaaa"