3

68.7K 6.9K 879
                                    

"Aku pulang"

Pemuda manis itu masuk ke dalam rumah kecilnya. Meletakkan tasnya asal sebelum akhirnya duduk di sebuah kursi.

"Haechan sudah pulang ya. Bagaimana hari pertamanya? Menyenangkan?"

Hingga sosok lain datang menyambutnya. Memberikan senyuman lebar nan manisnya seraya menghampiri dan duduk di sebelahnya.

"Buruk"

"Huh?"

Haechan, pemuda itu memeluk orang yang duduk di sebelahnya.

"Mom"

Ibunya.

"Ya? Ada apa?"

"Disana... Di sekolah itu..."

"Ya?"

"Ada Dery"

Dapat Haechan rasakan jika gerakan tangan sang Ibu yang semula mengelus kepalanya langsung terhenti begitu saja.

"Ah, Hendery ya. Sudah sebesar apa dia sekarang?"

Sebelum akhirnya sang Ibu kembali berbicara dan mengelus kepalanya.

"Dia tumbuh menjadi anak yang tampan, seperti Dad"

"Pasti sangat tampan kalau seperti Dad"

Haechan tersenyum miris, tak berani menatap langsung ke arah kedua bola mata sang Ibu. Lebih memilih menenggelamkan wajahnya di pelukan hangat itu.

"Lalu bagaimana? Apa yang kalian bicarakan? Pasti sangat seru ya? Haechan kan sering mengatakan jika sangat merindukan Dery"

Haechan menggigit bibir bawahnya, kemudian menggeleng.

"Dia... Dery membenciku, Mom"

Mengeratkan pelukannya sebelum mengatakan yang sebenarnya terjadi tadi.

"Dia membuang makanan yang Mom buat"

Kekehan kecil terdengar sangat menyedihkan di telinga Haechan. Ia yakin jika Ibunya sedang menangis dalam hati.

"Maafkan Mom. Karena Mom, semuanya jadi begini"

Haechan menggelengkan cepat kepalanya.

"Apapun keputusan Mom, aku akan tetap ikut dengan Mom" ujarnya yakin.

"Terimakasih. Sudah mau bertahan bersama Mom"

~.a.b.c.~

Haechan kini sudah berada di kamarnya. Menatap langit-langit kamar yang bersih di atasnya.

Berbaring sambil memeluk bantal di atas kasurnya.

"Dery membenciku, apa Dad juga sama? Ah, benar. Dad pasti juga membenciku"

Berbicara sendiri dengan pelan. Sudah yakin jika pintu kamarnya sudah tertutup rapat. Agar sang Ibu tidak tiba-tiba masuk dan mendengar apa yang ia katakan.

"Dad pasti sudah melupakanku. Anak tidak tahu diri yang lebih memilih lari bersama Mom. Mengabaikan Dad yang saat itu bahkan memeluk dan berlutut di depanku agar ikut dengannya. Kejam sekali"

Terkekeh miris mengigat apa yang pernah terjadi di keluarganya dulu.

"Dery. Anak itu tidak tahu apa-apa. Dia juga korban. Aku tidak boleh membalasnya dengan kebencian juga"

Memiringkan badan, masih dengan bantal dalam pelukannya.

Teringat kembali kejadian tadi. Saat sosok yang ia rindukan membuang makanan yang disiapkan oleh Ibunya.

Baby (MarkHyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang