Ngga nyangka uda chapter 47 aja 🥺
~.a.b.c.~
"Adik.... Minhyuk?"
Haechan mengangguk kecil.
"Adik Minhyuk.... Yang mana?"
Haechan tak menjawab. Hanya diam saja sambil membalas tatapan sang suami yang mengarah padanya. Membiarkan suaminya yang mungkin sedang blank itu menemukan jawaban atas pertanyaannya sendiri.
Dan merekapun sama-sama kembali terdiam. Bedanya kali ini mereka saling beradu pandang.
"Astaga"
Marklah yang pertama memutus pandangan itu. Kembali membalikkan kepalanya dan diam. Tak mengatakan apapun setelahnya.
"Mark... Marah?" tanya Haechan takut-takut saat sang suami kembali memunggunginya.
Sebuah gelengan kecil Haechan dapatkan sebagai jawaban. Sedikit lega rasanya jika memang benar suaminya ini tidak marah.
"Mark..."
"Aku hanya tidak tahu harus bereaksi bagaimana"
Haechanpun langsung mengunci bibirnya saat mendengar kembali suara sang suami. Terdengar serius hingga ia tak berani menyela.
"Padahal aku sendiri yang mengatakan tak masalah jika Minhyuk memiliki adik"
Kepala itu mendongak ke arahnya. Membuat bagian belakangnya bersandar pada paha Haechan yang masih dalam posisi duduk di atas ranjang.
Merekapun kembali saling berpandangan.
"Kau benar. Aku masih terlalu muda bahkan untuk memiliki seorang anak sekalipun"
Pandangan Haechanpun mulai meredup mendengarnya.
"Aku masih terlalu muda untuk tanggung jawab sebesar ini"
Haechan membenarkan dalam hati. Membayangkan jika dirinya berada di posisi Mark sekarang, mungkin ia tak akan sanggup melakukannya.
Haechan tak bisa menyalahkan Mark.
"Masih banyak yang bisa kulakukan di usiaku yang bahkan belum menginjak usia dewasa ini"
Belum mencapai usia dua puluh. Menjadi seorang kepala keluarga. Menjadi seorang ayah. Dan-
"Anehnya aku menyukainya"
Sebuah senyuman.
Mungkin ini pertama kali Mark tersenyum padanya. Benar-benar sebuah senyuman untuknya.
"Mark..."
Akhirnya suaranya muncul lagi. Terlalu senang akan hadiah yang ia dapatkan dari sang suami. Hadiah yang sangat istimewa di hari yang indah ini.
Sederhana namun sangat berkesan. Senyuman pertama Mark untuknya. Senyuman yang benar-benar tulus tanpa paksaan.
Haechanpun menunduk. Mendekat.
Cup~
Kemudian mencium kening sang suami yang masih berada di pangkuannya.
"Mark menerima kehadiran adiknya Minhyuk ini?"
Kemudian kembali menarik dirinya dan memastikan satu hal.
"Kau bicara apa?"
Menaikkan alisnya saat sang suami bangun dari posisinya.
"Sejak aku menjadi ayah Minhyuk, aku sudah siap untuk menjadi ayah dari adik-adiknya Minhyuk juga"
"Mark..."