P R O L O G

192K 8.7K 331
                                    

Hal yang harus diperhatikan sebelum membaca cerita ini :

1. Follow dulu karena akan ada beberapa part yang akan diprivat
2. Tidak boleh membawa cerita orang lain di lapak ini
3. Hate Comment aku block
4. Kalo gak suka langsung tinggalkan. Ini cerita gratis, suka tinggal baca gak suka silahkan pergi.

Terima kasih.

Selamat membaca ♡

***


6 April 2019

Seharian gadis yang masih mengenakan seragam putih abu itu masih terus bergelung diselimutnya. Naya hanya berdiam diri di kamar mengurung diri. Setelah pulang sekolah tadi dia ada sedikit perdebatan dengan Mama. Hari ini adalah hari haid pertamanya, sedari tadi pagi mood dia sudah tidak bagus ditambah adanya perdebatan dengan Mamanya membuat mood dia semakin tak karuan. Tak lama dari itu terdengar ketukan pada pintu kamarnya, Naya masih bergeming enggan untuk bergerak.

"Ini gue Arsa."

Kepalanya langsung menoleh lalu mendengus kencang. Tapi ada sedikit hembusan napas lega begitu mengetahui jika bukan Mama yang mengetuk pintu, Naya langsung berdiri dan membuka pintu kamarnya dengan kasar.

"Mau apa lo?" tanya Naya tidak bersahabat.

Arsa tidak menjawab, cowok itu kini malah masuk ke dalam kamarnya membuat Naya memelotot marah.

"Ngapain lo masuk ke kamar gue?" tanya Naya sekali lagi.

Cowok itu kini sudah menaruh keresek yang dia bawa. "Duduk. Ada martabak keju, nyokap lo lagi pergi ke luar," tutur Arsa.

"Gak mau! Gue gak laper!" Namun sialnya tepat setalah dia berkata demikian perutnya malah berkata lain. Perutnya berbunyi meminta untuk segera diberi asupan. Ia menggigit bibir bawahnya menahan malu.

Kepala Arsa menunduk, mensejajarkan wajah dengan perut Naya. "Halo, laper ya?" tanya Arsa pada perut Naya.

Senyumannya terbit segaris. "Laper kan lo? Dari siang belum makan."

"Tahu dari mana lo?"

"Nyokap lo bilang," jawab lelaki itu santai.

Mata Naya masih mengamati pergerakan lelaki di hadapannya. Lelaki dihadapannya ini adalah kakak kelasnya yang sekarang sudah duduk dibangku kuliah. Mereka hanya terpaut usia satu tahun saja, tapi Naya enggan untuk memanggilnya menggunakan embel-embel 'kak'.

Mereka berdua duduk lesehan di atas lantai kamar. Lalu tangan Arsa menyodorkan satu keresek berwarna putih ke arahnya.

"Buat lo," ucapnya menyodorkan kresek berwarna putih tersebut.

Di dalamnya terdapat Ichitan Thai milk green tea, minuman kesukaannya, berbagai jenis makanan ringan, dan juga ... minuman dan tablet pereda nyeri haid. Naya menggigit bibir bawahanya sebentar.

"Lo tau gue lagi dapet?" tanya Naya pelan.

"Tadi gue gak sengaja lihat ada noda di belakang rok lo."

Naya langsung memukul bahu Arsa, cukup keras hingga membuatnya langsung meringis. "Kenapa lo gak bilang?!"

"Gue takut lo malu nantinya," jawab Arsa santai lalu ia menunjuk ke arah kresek tersebut. "Di dalemnya ada kiranti sama obat tablet. Gue gak tahu lo suka pake yang mana jadi gue beli dua-duanya."

Seketika Naya langsung terdiam dia berdeham sesaat menghilangkan rasa canggung yang tiba-tiba datang.

"Kata Bunda, lo ngurung diri. Kenapa sih?"

No RegretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang