Naya baru saja melangkah keluar dari dalam mesjid kampus seorang diri setelah selesai melangsungkan shalat dzuhur. Wajahnya terlihat sangat lesu dia benar-benar dibuat kelelahan oleh tugas-tugas yang terus berdatangan. Kedua sahabatnya tidak sedang shalat itulah yang mengakibatkan dia seorang diri seperti ini.
Dan perlahan lengkungan pada bibirnya terbentuk begitu melihat siapa orang yang sedang berada di depan mesjid, melambaikan tangan ke arah Naya.
"Kok sendiri sih?" Tanya Leon begitu Naya sudah berada dihadapannya.
"Iya Ralita sama Amara lagi enggak, kamu di sini nungguin aku?"
"Ya terus nungguin siapa lagi kalo bukan nungguin kamu, kata Amara pacar aku lagi gak mood."
Bibir Naya kembali mengerucut kecil, "Masuk kuliah itu baru sekitar dua mingguan tapi kenapa tugasnya udah banyak banget sih?" Keluh Naya lemah.
"Kasihan pacar aku," ucap Leon sembari mengelus lembut rambut panjang Naya.
"Lagi suntuk kan?" Tanya Leon yang langsung ditimpali dengan anggukan kepala oleh Naya.
"Mau aku bawa buat hilangin suntuk kamu itu enggak?"
"Ke mana?"
"Ya pokoknya ke tempat yang mungkin bisa bikin mood kamu jadi membaik? Mau?"
Naya tersenyum kemudian menautkan jemarinya dengan jemari Leon, "Mau ke mana aja asal sama kamu."
Dan tanpa Naya sadari dia telah melupakan janji yang telah dia buat.
***
Arsa memejamkan matanya mencoba untuk menahan emosinya yang mungkin bisa meledak kapan saja. Sekali lagi dia mencoba untuk menghubungi Naya tetapi hasilnya tetap nihil, perempuan itu tidak mengangkat panggilannya sama sekali bahkan pesan yang ia kirimkan pun belum di baca apalagi dibalas.
"Gimana Naya udah ada kabar Sa?"
Arsa melirik ke arah bunda dan langsung tersenyum mencoba menutupi kekesalan yang ada pada dirinya sekarang.
"Belum Bun, kita berangkat aja sekarang kali ya."
"Eh jangan nanti kalo kita berangkat terus Naya ke sini gimana? Bunda juga takut Naya kenapa-kenapa kalo gak ada kabar kayak gini." Jelas bunda membuat Arsa menghela napas lelah.
Jadwal bunda ke rumah sakit itu seharusnya dua jam yang lalu Arsa sampai menghubungi dan memohon kepada dokter yang menangani bundanya untuk memberi dia waktu dulu. Arsa sudah memaksa bunda untuk pergi saja ke rumah sakit tapi beliau enggan.
Arsa ingat jika dulu Raka pernah meminta nomor handphone milik teman Naya. Dengan cepat Arsa langsung menghubungi Raka.
"Rak send kontak temennya Naya," ujar Arsa tanpa basa-basi lagi.
"Hah mau ngapain? Jangan nikung ya lo Sa."
"Gue minta kirim sekarang juga."
Raka yang diseberang sana sudah mendengar nada suara yang berbeda dari Arsa langsung kelabakan, "Iyee gue kirim nih, jangan di ambil Sa."
KAMU SEDANG MEMBACA
No Regrets
Teen FictionSEBAGIAN PART DI PRIVAT FOLLOW SEBELUM MEMBACA "Keadaan yang memaksa dan kita tamat karenanya." Start : 19/02/22 End : 11/04/23