Naya baru saja keluar dari kamar mandi setelah selesai membersihkan tubuhnya yang tadinya sangat lengket oleh keringat. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam dan jika mama mengetahuinya mandi jam segini dan keramas dia yakin mamanya akan langsung mengomel.
Sudah beberapa hari ini Naya disibukan dengan berbagai macam persiapan untuk pernikahannya nanti yang ternyata tidak se simpel seperti apa yang dipikirkannya. Hingga akhirnya hari ini semua persyaratannya telah selesai, tiga hari selanjutnya dia akan melangsungkan akad pernikahan.
Kakinya bergerak menuju kamar Tsanaya dengan tangannya yang terus menggosok handuk kecil pada rambutnya yang masih basah.
"Kak——"
"Lo mau ngapain?!" Sentak Tsanaya padanya. Belum juga Naya memasuki kamar kakaknya itu tapi sudah diusir?
"Ya mau masuk lah."
"Iya mau ngapain?" Tanyanya lagi dengan wajahnya yang sedang memakai masker.
Naya berdecak sebal, "Gue mau ngobrol."
Akhirnya Tsanaya memperbolehkan adiknya itu untuk memasuki kamarnya.
"Awas lo jangan ngomong aneh-aneh yang bisa memicu gue ngakak. Nanti masker gue retak," ucap Tsanaya dengan bibirnya tidak ia buka semua lantaran tidak ingin maskernya retak.
Naya tertawa, entah hal apa yang membuatnya bisa tertawa. "Ngomong aneh-aneh apaan dah?" Tanya Naya masih dengan tawanya.
"Tuh lo mah Nay sana keluar dari kamar gua!" Tsanaya sekuat tenaga menahan diri untuk tidak ikut tertawa.
Naya mengatur napasnya, menarik napas dalam-dalam untuk meredakan tawanya. "Gue mau ngobrol serius nih sama lo."
"Apaan?"
"Bentar lagi kan gue nikah nih, gue langkahin lo. Lo tau sendiri kan kalo keluarga Mama itu agak rewel, jadi tadi tante Rina suruh gue tanya mau lo apa? Sebagai syarat perunghal atau apasih gak tau gue juga, katanya itu harus gue tanyain ke lo." Jelas Naya.
Tsanaya langsung melompat dari kursinya, perempuan berumur 26 tahun itu bertepuk tangan kegirangan. "Hahaha oke-oke." Tsanaya melupakan jika wajahnya sedang memakai masker.
"Mau apa ya gue?" Gumam Sanaya pada dirinya sendiri. "Ah iya satu unit apartemen sabi kali ya."
Naya langsung memalingkan wajahnya, mengeluarkan segala bentuk sumpah serapahnya di dalam hati. "Udah gue duga pasti permintaannya gak ngotak. Gak tau diri emang ni anak."
"Gue serius kak." Naya sudah memelas.
"Lah? Gue juga serius anjir."
Naya memilih untuk bangkit berniat langsung pergi dari sana. Tsanaya langsung memanggil adiknya itu dan Naya mengabaikannya.
"Nay! Kapan apartemennya?"
Naya tida mengindahkannya, ia meraih kenop pintu.
"Mau kemana sih lo Nay? Kan kita belum selesai ngobrolnya?"
Naya memutar badan, menatap kakaknya lalu melemparkan senyum terpaksa. "Kemana lagi, selain cari orang yang mau beli ginjal gue." Jawab Naya sarkastik lalu setelah itu dia benar-benar pergi dari sana dengan menutup kasar pintu kamar Tsanaya yang menghasilkan bunyi yang sangat nyaring.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Regrets
Teen FictionSEBAGIAN PART DI PRIVAT FOLLOW SEBELUM MEMBACA "Keadaan yang memaksa dan kita tamat karenanya." Start : 19/02/22 End : 11/04/23