No Regrets | 53

29K 2.5K 353
                                    

HAPWIEE READING LOVE🖤🖤🖤

Aku gak cek lagi. Jadi maaf ya kalo ada typo hehehe

***

Terhitung sudah satu minggu Naya kini telah menempati rumah baru dan tidak lagi tinggal di apartemen. Rumah dengan gaya minimalis itu membuat Naya lebih merasa nyaman di sini dibandingkan dengan tinggal di apartemen.

Satu minggu itu pula Naya disibukkan dengan mengurusi kepindahan. Mulai dari membereskan barang-barang yang ia bawa yang ternyata lumayan banyak. Ia juga membeli beberapa furniture untuk mengisi rumah yang ia tempati kini.

Dan sekarang Naya baru saja selesai membersihkan taman belakang yang kosong untuk ia tanami bunga-bunga. Naya menyeka keringatnya begitu memasuki rumah.

"Mbak, udah dong, jangan capek-capek. Kalo Mas Arsa tahu dia pasti marah." Itu suara Bi Sari——asisten baru yang Arsa carikan. Bi Sari tidak tinggal menetap, ia akan pulang begitu jarum jam sudah menyentuh pukul lima sore.

"Aku gak capek Bi," jawab Naya. "Malah aku boring kalo diem aja," lanjut Naya kembali kemudian menerima gelas berisikan air yang Bi Sari angsurkan.

Naya duduk di sofa dengan tangannya yang mengelus pelan perutnya.

"Bi?"

"Iya, Mbak?"

"Ajarin aku masak dong."

Bi Sari yang mendengarnya kontan langsung meringis.

"Aku pengen masakin Arsa," ucap Naya seraya tersenyum lebar.

"Tapi Mbak, bukannya Bibi gak mau. Terakhir Mbak masak, pancinya dibikin gosong. Mbak juga pecahin satu piring sampe kaki Mbak luka. Dan setelah itu Mas Arsa suruh saya buat awasin Mbak biar gak ke dapur lagi," jelas Bi Sari.

Bibir Naya mengerucut. "Arsa gak mau barang-barangnya aku rusakin, ya?"

"Eh, bukan gitu. Mas Arsa gak mau Mbak Naya luka lagi. Waktu itu dia panik banget."

"Padahal luka kecil doang," gumam Naya. Lalu matanya kembali menatap Bi Sari dengan pandangan yang memohon. "Tapi Bi, aku mau belajar masak. Anggap aja yang kemaren tuh baru permulaan." Naya tersenyum mencoba meyakinkan.

"Ini bibi harus bilang dulu ke Mas Arsa atau gimana?"

Naya menggerakan tangannya tanda tak perlu. "Udah gak usah." Ia melirik jam untuk sesaat. "Udah jam 4, Arsa katanya pulang sekitar jam 8. Bibi keberatan nggak kalo pulang agak sore?"

"Nggak, bibi gak keberatan."

"Oke. Ayo kita langsung eksekusi dapur kesayangan Arsa," seru Naya dengan semangat.

***

Salah satu alasan yang membuat dirinya malas memasak adalah ... repot. Tapi untuk sekarang, Naya benar-benar mengeluarkan seluruh tenaganya sampai akhirnya beberapa hidangan sudah tersaji di atas meja. Ia tersenyum penuh dengan rasa bangga. Akhirnya dia berhasil juga, walaupun tadi dia hampir lagi membuat kuali gosong dan juga tadi dia memecahkan satu mangkuk yang tersenggol oleh sikutnya.

Bi Sari telah pulang beberapa saat lalu. Dan kini dia seorang diri, duduk di kursi yang menghadap ke arah meja. Air liurnya hampir saja menetes begitu ia menatap hidangan yang berada di atas meja itu.

Naya memangku dagunya, perutnya sudah keroncongan tapi ia ingin makan bersama dengan Arsa. Entah kenapa membayangkan bisa makan bersama dengan Arsa membuat nafsu makannya seakan bertambah.

Dan tepat pada pukul delapan kurang sepuluh menit, ia mendengar deru mesin mobil yang berhenti di carport.  Naya langsung bergegas berjalan menuju ke arah pintu, ia berdiri di depan pintu untuk menunggu Arsa.

No RegretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang