Happy Reading!
***
"Nih pesanannya 'nyonya'." Tsanaya seolah sengaja memberikan penekanan ketika mengucapkan kata 'nyonya'.
Sementara Naya yang mendapatkan sodoran kotak yang berisi martabak keju pesanannya langsung tersenyum lebar. Ia menatap kakaknya itu beberapa saat, dress berwarna hitam tanpa lengan dengan punggungnya yang dibiarkan terlihat ditambah dengan polesan make up yang menambah kesan berani dan badas pada Tsanaya.
"Habis dari mana kak?" Tanya Naya dengan mulut yang sibuk mengunyah martabak.
"Pesta nikahan temen," jawab Tsanaya.
"Ngehadirin nikahan mulu, lo-nya kapan?" tanya Naya yang langsung dihadiahi tatapan tajam oleh Tsanaya.
"Gue gak akan nikah, puas lo?" Setelah mengatakan itu Tsanaya langsung meringis kesakitan ketika mendapatkan cubitan pada pinggangnya oleh Mama yang baru saja datang dari dapur sembari membawa piring yang berisi apel yang telah di kupas.
"Kalo ngomong tuh ya!" Sentak mama dengan matanya yang sudah memelotot tajam.
Naya didatangi oleh Mama dan kakanya saat ini, mama bilang sekalian pulang dari kantor ia ingin memastikan keadaannya lebih dulu apakah sudah membaik atau belum. Dan Tsanaya juga berakhir harus mengunjungi apartemennya juga dikarenakan harus menjemput Mama.
"Kamu beneran gak punya pacar?" tanya Mama sembari menatap Tsanaya yang bibirnya sudah mengerucut, lalu kakaknya itu menggeleng pelan.
"Lelaki yang lagi deket gitu sama kamu kak?" Lagi-lagi Tsanaya menggelengkan kepalanya. "Beneran kamu gak punya pacar dan gak lagi deket sama siapapun?"
"Iya, nggak ada."
"Di tempat kerja kamu ada cowok kan?"
"Ada." Tsanaya menjawab setengah malas.
"Itu cowok-cowok di tempat kerja kamu matanya bermasalah apa gimana? Masa iya gak ada yang mau sama kamu sih kak?"
Naya tertawa begitu mendengarnya menatap puas kakak perempuannya itu yang sekarang sudah memberikan tatapan yang seakan-akan ingin memakannya hidup-hidup.
"Mana ada yang mau sama cewek binal dan tukang cabul gini sih Ma?" Naya ikut bergabung dengan pembicaraan antara Mamanya dengan Tsanaya.
"Awas ya lo Nay, lo minta tolong apa-apa lagi gak akan gue turutin!" Tsanaya memberikan peringatan pada Naya.
Bukannya takut Naya malah memeletkan lidahnya lalu tertawa. "Nanti gue cariin deh di kampus gue, tukang kebun juga gak papa kan kak?"
Tsanaya menarik napasnya dalam-dalam mencoba sabar, hari ini entah sudah berapa kali dia mendapatkan pertanyaan yang sama. Kapan nikah? Kapan nyusul? Membuatnya muak saja.
"Lagian santai aja kali aku mau fokus kerja dulu, jodoh mah nanti juga dateng sendiri. Repot amat aku juga fine fine aja selama ini sendirian, aku bisa ngelakuin semuanya sendiri," ujar Sanaya terlihat sudah sangat kesal.
"Jangan terlalu mandiri juga kak jadi perempuan. Nantinya ngerasa gak butuh pendamping hidup," balas Mama.
"Emang iya."
Mama dan Naya langsung saling tatap setelah itu menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Mama beranjak dari tempatnya meraih tas nya yang tergeletak di sofa, lalu mencium puncak kepala Naya.
"Mama pulang dulu ya, Arsa jam berapa pulang?"
"Tadi bilang sih agak maleman. Mungkin ada urusan dulu di kafe," jawab Naya yang langsung diangguki oleh Mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Regrets
Teen FictionSEBAGIAN PART DI PRIVAT FOLLOW SEBELUM MEMBACA "Keadaan yang memaksa dan kita tamat karenanya." Start : 19/02/22 End : 11/04/23