No Regrets | 50

31.6K 3K 475
                                    


HAPWIEE READING YAPS💗💐

Maap ya lamaa😔🙏🏻

***

Terhitung sudah satu bulan setelah kejadian pada malam itu, selama satu bulan itu Naya tidak bertemu dengan Arsa lagi dan dalam empat minggu itu pula ia habiskan layaknya orang yang tidak memiliki gairah hidup sama sekali, hari-harinya ia habiskan dengan melamun di hadapan jendela kamar seperti orang bodoh. Dia belum lagi bertemu dengan Arsa lantaran Mama dan Papa menyepakati untuk dirinya ikut tinggal bersama dengan Papa di Semarang, tanpa sepengetahuan Arsa tentu saja.

Kedua orangtuanya menutup semua akses dari laki-laki itu. Karena ia sudah sangat lelah maka dirinya hanya menurut saja. Menggeliat seiring dengan matanya yang kian terbuka perempuan yang kini mengenakan piyama tidur sebatas lutut itu bergerak untuk duduk seraya bersandar pada kepala ranjang berbentuk persegi.

Pada dini hari dirinya pasti akan terbangun, hal ini terjadi beberapa hari kebelakang. Naya melirik jam yang berada di atas nakas, lalu kakinya bergerak untuk turun sebelum gerakannya itu terhenti begitu daun pintu terbuka. Dikeremangan lampu kamar, Naya masih menatap siluet tubuh yang kini bergerak mendekat.

"Pa?" Suara Naya terdengar tidak yakin.

Ia terdiam sebelum akhirnya kakinya kembali menapaki lantai, bergerak untuk menghampiri sosok tersebut lalu berhenti dihadapannya. Tubuhnya tertegun beberapa saat, matanya mengerjap pelan.

Naya yakin dia hanya berhalusinasi seperti yang beberapa kali pernah ia alami. Kepalanya dipenuhi oleh nama Arsa sampai rasanya tiap malam ia bisa memimpikan laki-laki itu. Namun kali ini rasanya berbeda hidungnya bisa mencium aroma parfum yang sangat ia rindukan sekali.

"Hai ..."

Naya menggigit kuat bibirnya. Ini bukan mimpi ataupun ilusinya saja.

Tangannya terangkat untuk menangkup kedua sisi wajah lelaki itu. Walaupun dalam cahaya yang minim dia masih bisa mengenali wajah itu dengan baik meskipun dia melihat beberapa luka di bagian wajah lelaki itu.

"Maaf aku lama temuin kamu," gumamnya pelan.

Naya masih terdiam dengan tenggorokannya yang serasa tercekat. Bibirnya bergetar sebelum akhirnya satu tetes air mata keluar dari sudut matanya. Ia menghela napas berat hingga akhirnya menjatuhkan keningnya pada dada lelaki itu, menghirup dalam-dalam aroma dari tubuh lelaki yang berminggu-minggu tidak bisa ia temui.

"Sa?"

"Ya?"

"Arsa?"

"Iya, Nay?"

Naya tertawa pelan, lalu ia mendongak kembali. "Bukan mimpi ternyata. Tapi ... gak mungkin kan?" ucap Naya dengan parau.

Mata Naya terpejam begitu ia merasakan sapuan halus pada surainya, dengan dadanya yang dirasa semakin terasa sesak. Berharap jika dia tidak sedang bermimpi saat ini.

Naya bergerak semakin mendekat, dengan tangannya yang kian terulur meraih tengkuk laki-laki itu hingga akhirnya bibirnya mendarat tepat di atas bibir yang semakin ia yakini jika sosoknya adalah bukan ilusi semata.

Naya terbelalak begitu merasakan jika ada pergerakan, dia akan mengambil langkah mundur namun urung ketika  ia merasakan lumatan lembut pada bibirnya dan juga lengan lelaki itu yang kini mendorong pelan leher bagian belakangnya guna memperdalam tautan bibir mereka.

Kembali terpejam dengan jantung dan juga deru napas yang sudah bergerak tak karuan menciptakan rasa sedih dan bahagia secara bersamaan.

Hingga akhirnya Naya mengambil langkah untuk menjauh lebih dulu, tetapi masih dalam rengkuhan lelaki itu. Arsa kembali menariknya mendekat, memeluknya.

No RegretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang