No Regrets |8

39.9K 3.4K 85
                                    

Naya menatap lamat-lamat dirinya yang kini sudah menggunakan kebaya putih pada cermin dengan diam. Lalu dia kembali menarik napasnya dalam-dalam dengan kepalanya yang tertunduk, ada desakan dalam dadanya yang membuat dia tiba-tiba sesak. Ponsel yang ia letakan di atas meja bergetar yang memperlihatkan nama Leon membuat dia buru-buru untuk mematikan ponselnya. Lama-lama Naya bisa-bisa berniat kabur sekarang juga jika terus melihat Leon yang terus menelponnya.

Dan yang membuat Naya ingin menangis sekarang juga adalah dia yang ingin Papa ada disini sekarang.

Papa

Paa

Hai sayang, kenapa?

Gapapa kangen aja
Papa lagi apa?

Itu adalah sekilas chat yang ia kirimkan kepada papanya semalam yang tak kunjung mendapatkan balasan. Handle pintu kamar bergerak lalu tak lama dari itu pintu kamar terbuka menampakkan Tsanaya dengan senyuman lebarnya membuat ia bertanya-tanya ada apa dengan kakaknya itu.

“Lo mau tahu gak gue bawa siapa?”

“Siapa?”

Lantas Tsanaya menarik seseorang yang membuat pupil mata Naya membesar.

“Hai.”

Itu... Papa. Yang kini mengenakan setelan jas hitam. Kedua mata Naya langsung memanas saat itu juga dan setelahnya ia menangis, benar-benar menangis.

“Kok nangis sih nanti make up nya luntur lagi gimana?”

Ia terus menangis masih dengan setia memeluk Papa yang Naya lupa kapan terakhir kali mereka bertemu. Mungkin pada hari ulang tahunnya pada tahun lalu.

“Jahat banget Papa dikasih kabarnya mendadak gini.”

“Papa kok bisa ada disini?”

“Bisa dong.”

Naya mengurai pelukannya lalu menatap ke arah kakaknya itu. “Makasih ya kak.”

“Jangan ke gue tapi ke Arsa.”

Tangan Papa mengelus lembut kepalanya lantas tersenyum hangat. “Iya. Dia malah jemput Papa dibandara.”

“Beneran?”

“Ya bener dong.”

“Papa mau tanya sesuatu sama kamu.” Papa menariknya pelan untuk duduk di sofa kamarnya. “Gak ada paksaan kan ini?”

Pertanyaan dari Papa mampu membuat Naya menelan ludah seketika. “Nggak.”

“Mama kamu gak paksa kamu kan?”

“Nggak, Pa.”

“Sebelum semuanya terlambat. Papa tanya sekali lagi, ini beneran kamu yang mau?”

Naya mengangguk dengan cepat tanpa pikir panjang lagi meskipun dalam hati ia ingin memberitahukan kepada Papanya lalu meminta untuk membawanya kabur sekarang juga. “Iya aku yang mau kok.”

“Kalau butuh bantuan Papa bilang ya?”

Sekali lagi Naya hanya mengangguk.

***

"Arsakhala Abumi Baswara, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan anak saya Kanaya Alzeina Zevania binti Rasyid Ali dengan mas kawin seperangkat alat shalat dan perhiasan emas, dibayar tunai."

Arsa memejamkan matanya kemudian menarik napas dalam-dalam sebelum kemudian menghembuskannya perlahan. "Saya terima nikah dan kawinnya-—"

Arsa tidak melanjutkan kembali ucapannya ia merutuk dalam hati. Suasana yang awalanya tegang kini bertambah tegang semua orang yang berada di sana langsung menatap heran Arsa, ia berdeham mencoba merilekskan pikirannya.

No RegretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang