Hi! Lagi sibuk apa sekarang?
Happy Reading All 💗💗💗
***
Perempuan yang kini tengah terlelap itu melenguh pelan seiring dengan matanya yang terbuka. Niat awalnya yang ingin terbangun seketika ia urungkan begitu telinganya menangkap sayup-sayup suara lelaki yang sudah sangat ia hapal.
"Selamat pagi, anak-anak Papa ..."
Naya, perempuan itu hanya mampu mengulum senyum gelinya begitu mendengar suara Arsa yang kini sedang menghadap perutnya. Ia merasakan telapak tangan Arsa yang mengusap lembut perutnya.
"Kok gak nendang lagi? Papa tungguin daritadi padahal," ujar Arsa kembali.
Lalu lelaki itu kini mendaratkan satu kecupan hangat pada permukaan perutnya yang membuat darah Naya seketika berdesir.
"Sehat-sehat ya di sana. Jangan nakal, kasian Mama."
Naya sudah tak kuasa untuk menahan senyumnya, akhirnya ia memilih untuk membuka kelopak matanya.
"Iya, Papa ..." sahut Naya menimpali ucapan Arsa tadi. Masih dengan bibirnya yang mengulum senyum geli.
Terlihat Arsa yang sedikit terkejut, lalu berdeham pelan dengan telinganya yang kini terlihat memerah. Laki-laki itu malu karena tertangkap basah.
Naya masih melemparkan senyum lebarnya, di pagi hari seperti ini ada hal yang membuat hatinya menghangat.
"Eh, udah bangun daritadi?" tanya Arsa.
"Nggak kok," jawab Naya lantas kedua matanya terpejam begitu Arsa mencium hangat keningnya.
"Selamat pagi, sayang," ucap Arsa seraya tersenyum.
Senyuman Naya pada bibirnya semakin lebar. "Selamat pagi juga, Papa," goda Naya membuat wajah Arsa kembali memerah.
Arsa hanya tertawa lalu kembali meninggalkan kecupan pada pelipisnya. "Turun yuk, kita sarapan," ajak Arsa.
"Kamu duluan aja, aku mau ke kamar mandi dulu."
Arsa hanya mengangguk lantas lebih dulu pergi sementara Naya bergerak ke arah kamar mandi. Tidak membutuhkan waktu yang lama, setelah selesai ia segera menuruni anak tangga tujuannya kini adalah menyusul Arsa yang mungkin sudah berada di meja makan.
Naya menarik satu kursi untuk ia duduki.
"Pagi, Non ..." sapa Bibi.
Naya tersenyum. "Pagi juga Bi."
Terlihat wajah bibi yang langsung berseri-seri. "Sepanjang non di sini, bibi baru lihat non senyum."
Ia hanya terkekeh pelan. Memang begitu faktanya, selama ia ikut dengan Papa, dirinya nyaris tidak pernah tersenyum. Yang akan ia lakukan hanya diam melamun, dan sekalipun tersenyum ia lakukan dengan paksa. Satu bulan yang membuat dia serasa kosong.
"Bibi jadi seneng liatnya. Pasti gara-gara ada mas Arsa ya?"
Ucapan bibi menyentak dari lamunannya, Naya menatap bibi lantas kembali tersenyum.
"Dia di mana bi?"
"Ada di dapur. Lagi masak, suami non pinter masak." Wanita paruh baya itu mengacungkan jempol ke arahnya yang ditimpali oleh Naya dengan kekehan pelan.
Di rumah Papanya ini tidak ada banyak orang. Istri Papa tidak tinggal di sini, hal itu juga yang membuat Naya mau ikut bersama dengan Papa, karena jika papanya membawa ia tinggal bersama keluarga papa yang baru, jelas Naya akan langsung menolak. Dan pagi tadi dia mendapatkan pesan dari Papa yang memberi kabar jika papanya itu ada urusan pekerjaan. Padahal Naya yakin papanya itu akan menjumpai keluarga barunya yang sudah cukup lama tidak bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Regrets
Teen FictionSEBAGIAN PART DI PRIVAT FOLLOW SEBELUM MEMBACA "Keadaan yang memaksa dan kita tamat karenanya." Start : 19/02/22 End : 11/04/23