No Regrets | 45

27.7K 3K 1K
                                    

HALOO GUYS💗💐

HAPPY READING 💓

***

Masih berdiam diri di atas kasur, Naya mencoba meredakan rasa gejolak yang ada pada perutnya pagi ini. Sepertinya bayinya ini semakin disembunyikan malah semakin gencar  untuk menampakkan diri. Tak lama dari itu pintu kamar terbuka dan langsung menampakkan Arsa yang kini berjalan ke arahnya lalu duduk di tepi kasur.

"Better?" tanya Arsa seraya meletakan satu gelas berisi teh manis hangat di atas nakas.

Naya mengangguk pelan seraya tersenyum tipis.

"Ke dokter aja gimana?"

"Gak usah ya ampun ini cuman masuk angin aja kok."

Arsa masih menatapnya dengan pandangan yang penuh khawatir. "Sebelah mananya yang sakit? Biar aku usap-usap gitu biar agak mendingan, atau aku harus gimana?" tanya Arsa dengan bingung.

Naya menjatuhkan dahinya pada pundak Arsa dan saat itu pula tangan Arsa mengusap lembut punggungnya mencoba untuk memberikan kenyamanan pada perempuan itu.

"Aku harus gimana biar sakitnya agak mendingan?"

"Kayang," jawab Naya asal.

"Nay aku serius."

Naya tertawa pelan lalu mengangkat kepalanya yang tadi ia senderkan pada pundak Arsa. "Nanti juga sembuh kok. Misuh-misuh banget perasaan?"

Lalu Naya kembali merebahkan kepalanya pada dada Arsa.

"Kamu emangnya kalo masuk angin suka lama gini? Perasaan ini udah beberapa hari."

Naya meringis kembali memegangi perutnya yang ia rasa kini bergejolak kembali. "Iya, tapi biasanya gak gini banget, mungkin emang karena aku terlalu sering begadang kali ya."

"Ya ampun mual banget." Naya meringis kembali membuat Arsa ikut meringis melihatnya.

"Ke dokter aja yuk?"

"Gak mau," tolak Naya dengan cepat.

Naya membaringkan tubuhnya. "Bangunin ya kalo udah setengah jam, mau coba tidur sebentar aja."

Arsa masih diam kemudian ia ikut bergabung dengan Naya pada selimut yang sama, memeluk perempuan itu dari belakang lalu mengecup pelan tengkuknya. "Kok kamu gak mau banget diajak ke dokter sih?" tanya Arsa lalu kembali memeluk Naya dari belakang.

"Gak apa-apa, gak perlu kok." Naya memutar tubuhnya menjadi menghadap ke arah Arsa. "Aku mau tanya."

"Tanya apa?"

Naya terdiam beberapa saat sebelum akhirnya bertanya. "Kamu deket sama cewek yang namanya Syeila itu?"

"Biasa aja sih." Arsa mendaratkan kecupan pada dahinya. "Kenapa? Gak suka sama Syeila?"

"Hah?"

"Kamu gak suka dia?"

"Nggak kok, biasa aja."

"Aku bakal jaga jarak, takut nanti kamu kepikiran," ujar Arsa seraya mengeratkan pelukan pada tubuh Naya.

Kepala Naya sedikit mendongak untuk menatap lelaki yang kini tengah memeluknya itu. "Tapi dia sahabat kamu."

"Dan kamu itu istri aku," sahut Arsa cepat. "Aku gak mau kamu overthinking, kepikiran ini itu, takut kamu cemburu."

Naya menggigit bibirnya pelan untuk menahan agar ia tidak tersenyum. Lalu ia melesak lebih dalam pada rengkuhan Arsa, menghirup aroma tubuh lelaki itu yang akhir-akhir ini sangat ia sukai. Tangan Naya kembali memeluk tubuh Arsa dengan erat, dan ia teringat kembali dengan kabar yang belum berani ia sampaikan pada Arsa.

No RegretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang