No Regrets | 34

41.5K 4K 1.9K
                                    


Masih nungguin gakkkk?

Rate dong dari 1 sampai 10 seberapa excited kalian nunggu cerita ini???

Happy Reading!

***

Sayup-sayup telinga Naya mendengar suara Arsa, ia mengerang enggan untuk terbangun. Tapi ternyata rasa kering pada tenggorokannya membuat ia terpaksa harus membuka kedua kelopak matanya dengan berat hati. Kedua kelopak matanya bergerak perlahan, masih berusaha untuk terbuka, lalu Naya mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang ada.

Naya melihat Arsa yang sudah mengenakan pakaiannya dengan rapi, berdiri menghadap jendela kaca kamar dengan tangan yang tengah menempelkan ponsel pada telinganya.

Lelaki itu langsung berjalan ke arahnya ketika mengetahui Naya yang telah bangun. "Iya kan kata gue juga jangan pake furniture yang itu, tapi lo batu banget." Masih dengan mengobrol lewat sambungan telepon, Arsa menyerahkan gelas yang berisi air ke arah Naya yang langsung Naya terima.

Arsa duduk di tepi kasur, kedua matanya masih menatapnya lekat, lalu tersenyum dengan tangan yang mengusap pipinya. "Gue berangkat bentaran lagi. Iya nanti gue coba urus bareng Jevian deh, dia ke kafe kan hari ini?"

Naya masih terduduk di atas kasur masih mencoba mengumpulkan nyawanya. Tetapi matanya malah kembali tertutup begitu mendapatkan sapuan lembut pada kepalanya. Naya akhirnya menyerah, matanya masih sangat berat untuk disuruh terbuka jadi ia memilih untuk melesak, tertidur kembali dengan menjadikan paha Arsa sebagai bantal.

Arsa masih terdengar bercakap-cakap di telepon sementara ia perlahan tertidur kembali. Lalu suara Arsa tidak terdengar lagi menandakan jika ia sudah selesai dengan urusannya.

"Good morning my love," bisik Arsa seraya mengecup pelipisnya. "Jadi kuliah pagi hari ini?"

Naya hanya mendengung sebagai jawaban.

"Jam 8 kan? Dan sekarang udah jam tujuh lebih tiga puluh lima menit."

Perkataan Arsa barusan membuat Naya langsung terkesiap dan seketika itu dia langsung duduk.

"Kenapa gak bilang sih?" dengus Naya kesal.

Arsa terkekeh pelan, mengusap pipi Naya dengan punggung jari telunjuknya. "Habisnya keliatan ngantuk banget. Capek kayaknya, semalem habis lembur kan ya?"

Sembari mengikat rambutnya dengan buru-buru Naya mendelik kesal ke arah Arsa. "Ih, nyebelin! Kamu yang bikin aku kesiangan, anterin aku ke kampus nanti."

Arsa langsung mengacungkan jempol sebagai jawaban.

Naya beranjak dari tempat tidur bergerak dengan cepat turun, lalu saat sudah masuk ke dalam kamar mandi perempuan itu keluar kembali membuat Arsa dengan cepat menoleh.

"Kenapa?" tanya Arsa bingung.

"Kamu masih punya utang ya sama aku!"

"Utang?" gumam Arsa memastikan.

"Kamu masih punya utang penjelasan kenapa semalem kamu bisa ada di apartemen mantan kamu itu!"

Arsa hanya mengangguk-angguk pelan. "Oh..." gumamnya.

"Kamu harus ceritain dengan sedetail-detailnya!"

Arsa tak langsung menjawab lelaki itu kini meraih ponselnya yang berdering, berniat mengangkat telepon tersebut.

"Arsa ih!"

Arsa menoleh ke arah Naya. "Apa, sayang?"

"Ceritain sedetail-detailnya!" ulang Naya kembali.

No RegretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang