Posisi kalian waktu baca ini?
Happy reading!
***
"Cantik banget anjir. Kok orang-orang bisa cantik gitu ya?"
Kepala Naya langsung terangkat begitu mendengar celotehan Amara. Ia tatap perempuan yang sedang duduk di hadapannya itu.
"Siapa?" tanya Naya.
Amara menunjuk perempuan yang baru saja masuk ke kantin dengan dagunya. "Itu yang pake baju warna cokelat."
Kepala Naya ikut menoleh sesuai arahan Amara. Dan kalian tahu siapa perempuan yang Amara maksud? Jihan. Ya memang Amara belum mengetahui kalau perempuan yang dia maksud itu adalah mantan pacar Arsa. Dan juga, kenapa Jihan sampai bisa nyasar ke kantin fakultasnya?
Tangan Naya kembali mengaduk-aduk minuman di hadapannya dengan sedotan. "Dia mantan pacarnya Arsa."
Amara tersedak, ia terbatuk sampai membuat Naya harus berdiri dan menepuk-nepuk punggungnya.
"Gak bisa banget pelan apa? Kek lagi dikejar apa aja lo!" Gerutu Naya lalu kembali duduk ketika Amara sudah berhenti batuk.
Dia berdeham pelan. "Tapi ... setelah gue lihat-lihat masih cantik lo! Sumpah anjir jauhhhh banget kayak langit dan kerak bumi. Jauh banget! Cantikan lo!" Amara mengarahkan acungan jempol ke arahnya. "Lo emang yang paling cocok bersanding sama Arsa. Lo yang paling cocok!"
Naya hanya tertawa lalu menggelengkan kepalanya, tak habis pikir.
"Gue hampir beneran mau cerai sama Arsa gara-gara dia. Gara-gara gue lihat Arsa keluar dari apartemen dia malem-malem."
"Serius?" Amara bertanya dengan nada yang menggebu-gebu. "Wah gatel juga ya tuh cewek."
"Banget!" timpal Naya.
"Tapi Arsa gak macem-macem kan?"
"Nggak. Ceweknya aja yang kegatelan."
"Kalau Arsa sakitin lo, macem-macem sama lo. Lo tinggal hubungin gue Nay, gue bakal dengan ikhlas penggal kepalanya!" Amara mengarahkan jempol pada lehernya.
"Btw Ra, Ralita kemana ya? Semenjak ketahuan sama gue dia gak pernah munculin lagi diri. Gue khawatir, takut si Leon ngapa-ngapain dia," jelas Naya membuat Amara ikut termenung untuk sesaat.
"Gak tau. Malu kali dia sama lo."
"Masa sih? Gue takutnya dia kenapa-kenapa sama Leon atau nggak sama nyokapnya. Lo tau sendiri kan nyokapnya Ralita semenyeramkan apa?"
Amara hanya menggerakkan bahunya, tidak mengacuhkan kekhawatiran Naya. "Ya itu konsekuensinya. Udah tau punya nyokap yang spek ibu tiri tapi kelakuannya gitu, terus nyerahin diri sama si bangsat Leon gitu aja lagi. Gak tau deh gue males bahas dia, muak banget sumpah gue Nay." Cerocos Amara panjang lebar.
Amara meraih ponselnya yang tergeletak di meja begitu layarnya menyala.
"Udah di depan? Oke tungguin aku ke sana."
Lalu setelah mengatakan itu Amara buru-buru memasukan ponsel dan dompet ke dalam tasnya. "Raka udah di depan. Lo bakal sama Arsa kan? Dia lagi di kampus?" Naya menjawab dengan anggukan kepala. "Oke gue duluan ya Kanaya sayang. Bye!"
Setelah itu Amara pergi dari kantin meninggalkan Naya yang dia juga sekarang sudah siap untuk pergi dari sana. Ponsel dalam sakunya bergetar buru-buru Naya melihat benda pipih tersebut.
Arshakala :
Aku baru selesai. Kamu udah selesai?
Kanaya :
KAMU SEDANG MEMBACA
No Regrets
Teen FictionSEBAGIAN PART DI PRIVAT FOLLOW SEBELUM MEMBACA "Keadaan yang memaksa dan kita tamat karenanya." Start : 19/02/22 End : 11/04/23