Seharian ini Naya hanya menghabiskan waktunya dihadapan laptop, berhubung hari ini adalah hari Minggu jadi Naya memanfaatkan itu untuk menonton drama yang belum ia selesai tonton karena terhalang oleh banyaknya tugas kuliah. Awalnya tidak ada yang mengganggunya dan Naya cukup lega karena hal itu. Mama masih diluar kota untuk urusan pekerjaan dan Tsanaya yang juga sibuk dengan kerjaannya jadi dia seorang diri di rumah.
Tapi ternyata ketenangannya diganggu ketika jarum jam menunjukkan pukul delapan malam dan Mamanya sudah pulang lalu menyuruhnya untuk menemuinya di ruang makan. Dan berakhirlah Naya yang saat ini menuruni tangga dengan lesu masih dengan keadaannya yang seperti gembel.
"Kenapa Ma?" tanya Naya begitu dia menemukan sosok mamanya di meja makan.
Mamanya baru saja pulang dari luar kota setelah mengurus pekerjaan, setelah cerai dengan Papa, Mama menjadi semakin sibuk dan Naya mewajarkan hal itu mengingat Mama yang sekarang menjadi tulang punggung keluarga.
Tangan Mamanya memukul pelan lengan Naya. "Itu penampilan kamu astaga," pekik Mama keheranan.
"Laper Ma." Naya merengek membuat Mama hanya geleng-geleng saja.
"Gak bisa apa yang rapi gitu minimal sisir lah."
"Mager."
Naya mulai mengambil makanan yang ada dihadapannya dengan senyuman yang merekah.
"Kamu jadi terima kan perjodohannya?"
Kunyahan Naya berhenti begitu mendengar pertanyaan dari Mama, ia menatap Mamanya yang masih memunggunginya.
"Kalaupun aku nolak apa Mama tetep mau nurutin?"
"Ya nggak lah."
Tuh kan, Naya tertawa miris dalam hati. Mamanya itu tak pernah memperdulikan kebahagiannya.
"Ya udah. Percuma kan Naya nolak juga mama bakal tetap ngotot buat paksa aku?" tanya Naya membuat Mama menghentikan semua kegiatannya. "Mama itu gak pernah kasih kesempatan aku buat melakukan apa yang aku suka."
"Semua Mama lakuin itu buat kebaikan kamu juga."
"Kebaikan apa sih Ma? Kebaikan aku apa keegoisan Mama?" Pertanyaan Naya kali ini mampu membuat Mamanya memutar tubuh menjadi menghadap ke arahnya.
"Semuanya demi kebaikan kamu. Arsa tuh anak satu-satunya setelah dia lulus kuliah nanti pasti dia bakal urus perusahaan Ayahnya. Mama juga gak akan asal kasih kamu ke orang yang asal-asalan, Mama yakin nanti kamu bakal enak kok. Setelah selesai kuliah Arsa udah punya tujuan yang pasti gak akan pusing-pusing lagi cari kerjaan gitu."
"Aku gak cinta sama dia Ma."
Mamanya kembali membelakanginya. "Cinta tuh gak penting sekarang. Buktinya Mama sama Papa aja nikah karena sama-sama cinta ujung-ujungnya Mama diselingkuhin juga kan? Ujung-ujungnya kami pisah juga."
Naya hanya mampu menghela napas berat begitu mendengar perkataan Mamanya.
"Mama juga gak enak sama Zahira, kamu tau kan baiknya dia kayak gimana? Dulu Mama juga kan dibantuin sama dia," lanjut Mamanya lagi.
"Tapi aku gak mau. Aku... udah punya pacar," ujar Naya pelan.
"Putusin."
"Ma!" selak Naya kesal. "Mama tuh bisa gak sih sekali aja jangan atur-atur aku terus? Semua keputusan aku ada ditangan Mama sampai soal masa depan aku aja Mama yang tentuin." Kini suara Naya mulai bergetar.
Mama menatapnya dalam diam lalu berjalan ke arahnya mengelus rambutnya perlahan lalu mengangkat dagunya menyuruhnya untuk mendongak.
"Setelah ini Mama gak akan ikut campur lagi urusan kamu," gumamnya pelan lalu tersenyum.

KAMU SEDANG MEMBACA
No Regrets
Teen FictionSEBAGIAN PART DI PRIVAT FOLLOW SEBELUM MEMBACA "Keadaan yang memaksa dan kita tamat karenanya." Start : 19/02/22 End : 11/04/23