HALLO 💐💗💌💓
POSISI BACA?
HAPPY READING YA!
***
Aroma manis kopi langsung tercium dengan kuat menguar ke seluruh penjuru ruangan begitu dia baru saja membuka pintu kafe lantas kakinya bergerak untuk masuk. Kafe yang katanya dibangun dua tahun lalu, Naya berdiri untuk beberapa saat memperhatikan sekeliling. Semua meja di kafe ini hampir telah terisi, maklum hari ini weekend jadi kondisi kafe saat ini benar-benar sedang ramai.
Senyumannya langsung terlihat begitu mendapati jika ada satu meja yang baru saja ditinggalkan oleh pengunjung tersebut. Naya langsung bergerak menuju tempat order melihat daftar menu apa saja yang ada di sana.
"Selamat sore. Mau pesan apa kak?" Seorang pegawai perempuan langsung menyapanya.
Jujur saja Naya tidak bisa meminum kopi karena lambungnya benar-benar tidak akan kuat. Jadi matanya terus menulusuri daftar minuman yang tidak mengandung kopi dan ia dibuat sedikit kesusahan.
"Menu best seller di kafe ini apa ya kak? Yang non-kopi."
Pegawai itu menyebutkan daftar minuman yang Naya maksud dan berakhir Naya yang memilih menu yang pegawai tersebut sebutkan. Pegawai tersebut mengulangi pesanan yang Naya sebutkan serta menyebutkan nominal yang harus Naya bayar.
Dia ada janji dengan Arsa hari ini untuk berangkat ke rumah Ayah, dan lelaki itu menyuruhnya untuk datang ke kafenya saja. Tapi sedari tadi dia tidak menemukan sosok lelaki itu bahkan di meja order saja Naya tidak menemukan keberadaannya, dia hanya menemukan sosok Jevian yang kini sedang sibuk berkutat meracik kopi dibalik mesin pembuat kopi.
Dan begitu tatapan mereka bertemu Naya hanya tersenyum canggung. Entah kenapa dia merasakan awkward saat ini juga, dan Naya menyalahkan Arsa dalam hal ini. Jevian melemparkan senyum jenaka ke arahnya, lalu lelaki itu berjalan mendekat ke arah di mana ia berdiri.
"Kenapa sih Nay tegang banget tuh muka?" Jevian tertawa setelahnya.
"Hah?"
"Santai Nay gue gak dengerin full kok, cuma openingnya doang. Santai-santai," celetuknya hanya membuat pipi Naya semakin memerah dibuatnya.
"Opening, dikira opening Netflix apa," dengus Naya pelan membuat Jevian tertawa kembali.
"Gue langsung demam tau Nay," papar Jevian. "Waktu itu gue mau matiin sambungan telepon gimana, gak dimatiin telinga gue nanti ternodai. Ngelag banget, untuk ada Raka yang samperin gue."
"Ish!"
Jevian tertawa. "Santai, gak denger kok serius," ucap Jevian. "Eh ada sih, dikit tapi. Dikitt banget." Ralatnya.
Wajah Naya serasa semakin memanas lalu ia memilih untuk mengambil nomor meja lantas menempati meja yang posisinya begitu pojok karena memang hanya meja itu saja yang kosong. Sembari menunggu pesanannya datang Naya memilih untuk mengeluarkan laptop dari dalam tasnya, berniat untuk mengerjakan tugasnya yang tinggal sedikit lagi selesai. Pandangannya masih terus fokus pada layar laptopnya dengan jari-jarinya yang terus bergerak lincah di atas keyboard.
Lantas seperti ada sebuah sihir, begitu hidungnya mencium sekelebat aroma yang sangat ia kenal seketika gerakan tangannya berhenti. Senyum Naya perlahan mengembang, Naya langsung mengangkat kepalanya dan benar saja dia menemukan Arsa sembari membawakan nampan yang berisikan pesanannya.
"Hai," sapa Arsa begitu dia telah duduk di kursi yang berada di hadapannya.
Lelaki itu terlihat sangat lelah, kondisinya yang sudah tidak serapih saat tadi pagi. Beberapa helai rambutnya yang bergerak ke arah depan dan juga peluh yang sudah membasahi dahinya. Tapi, dalam kondisi seperti ini pun sama sekali tidak mengurangi kadar ketampanannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
No Regrets
Teen FictionSEBAGIAN PART DI PRIVAT FOLLOW SEBELUM MEMBACA "Keadaan yang memaksa dan kita tamat karenanya." Start : 19/02/22 End : 11/04/23