No Regrets| 1

92.6K 5.9K 318
                                    

Hai, ketemu lagi kita. Jangan lupa vote and coment!

Happy reading ya ♡





***

"Gue bakal terima perjodohan ini."

Naya, gadis itu hampir saja menyemburkan kembali minuman yang baru saja dia minum. Menatap lelaki dihadapannya dengan alis yang bertaut.

"Lo gila? Gue gak mau ya!" Naya berucap dengan nada kekesalan yang sangat kentara.

Arsa menatap Naya yang saat itu masih menatap dirinya dengan tatapan yang bringas. "Kenapa?" tanya Arsa.

Naya berdecak kesal, merotasikan kedua bola matanya malas. "Ya lo pikir aja sendiri. Gue punya cowok dan gue gak mau nikah sama lo! Gila aja gue nikah sama lo," sungut Naya sangat kesal.

Arsa menyunggingkan senyum tipisnya, terus menatap ke arah Naya membuat wanita itu rasanya ingin mencokel mata lelaki itu sekarang juga. Dari kecil mereka berdua memang tidak pernah akur, lebih tepatnya adalah Naya yang terlalu banyak menaruh kesal pada laki-laki dihadapannya ini.

Rasanya apapun yang Arsa lakukan di mata Naya itu salah. Dia tidak menyukai Arsa, tapi tidak tahu apa alasannya. Mungkin karena saat dia masih kecil mamanya selalu membandingkan dirinya dengan anak tetangga ini.

"Dari awal bukannya kita udah sepakat buat nolak kan? Kenapa tiba-tiba lo jadi gini?" Naya berucap kembali.

"Gue berubah pikiran."

"Alasannya?"

"Gue gak bisa kasih tau alasannya sekarang," ujar Arsa sebelum mengambil minuman dan menyesapnya.

Tadi, sehabis selesai kelas tiba-tiba Naya mendapatkan pesan dari laki-laki ini yang mengatakan ingin bertemu dengannya di kafe dekat kampus. Naya tidak pernah berpikir dia akan mendengarkan kalimat yang baru saja Arsa lontarkan. Karena dari awal mereka sepakat untuk menentang perjodohan ini, tapi sekarang?

"Lo lagi mabok pasti?" Tuduh Naya.

"Gue gak suka alkohol."

Naya kembali berdecak kesal, "Plis deh Sa, kita kayak perjanjian awal aja kenapa jadi berubah pikiran gini sih?" tanya Naya kembali dengan garang.

Arsa menatap Naya sesaat sebelum akhirnya mengangguk pelan. "Tuhan itu gampang membolak-balikkan hati manusia kan?"

"Gila lo udah gak waras," kesal Naya menahan mati-matian untuk tidak memaki lelaki di hadapannya sekarang juga.

Arsa menatap arloji yang berada di pergelangan tangannya, "Gue ada kelas, lo bisa kan balik sendiri? Nanti gue ke rumah lo buat bicarain lagi."

"Bicarain apa?"

"Pernikahan kita."

"Ogah gak mau! Gue gak mau nikah sama lo."

Arsa tidak menggubris perkataan Naya, lelaki itu memilih untuk bangkit dari tempat duduknya meraih tas berniat pergi dari sana.

"Pulang sama siapa?" tanya Arsa kembali.

"Bukan urusan lo!" ketus Naya.

"Kanaya, pulang sama siapa?" ulang Arsa dengan nada suara yang lebih lembut dari sebelumnya.

Naya mendengus kasar, menatap Arsa sebal. "Di jemput Leon."

"Leon siapa?"

"Cowok gue lah!"

"Ya udah, gak usah ngegas," ucap Arsa.

Naya mendelik kesal ke arah Arsa dengan tangan yang sudah meremas tissue, membayangkan seolah tissue yang sedang ia remas itu adalah sosok lelaki yang sekarang sedang berada didekatnya.

No RegretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang