No Regrets | 46

32.2K 3.2K 2K
                                    

HAPPY READING GUYS 💐💗

***

Mengambil kembali batang nikotin yang kini hanya tinggal tersisa satu, Arsa kembali menghela napas untuk kesekian kalinya lalu setelahnya ia merasakan ada decakan yang terdengar. Dan pelakunya yaitu sang pemilik apartemen yang kini sedang menatapnya dengan jengah.

"Ngerokok terus," decak Jevian seraya menaruh kaleng minuman di atas meja.

Arsa benar-benar tidak menghiraukan ucapan Jevian ia lebih memilih untuk menyesap dalam-dalam batang nikotin yang sudah ia bakar ujungnya itu lalu mengepulkan asapnya ke udara.

"Padahal kan gue tuh cuman mau tanya Sa, serius deh. Gue cuman tanya filenya ada di lo atau nggak, udah gitu doang maksud gue tuh beneran kagak nyuruh lo buat ke sini," ujar Jevian sedikit keheranan.

"Gak papa gue emang sekalian pengen keluar, ngilangin penat," gumam Arsa, memilih untuk mematikan rokok yang masih menyisakan setengahnya itu, ia mulai merebahkan tubuhnya di atas sofa dengan tangan yang ia taruh di atas kepalanya lalu matanya mulai terpejam. Isi kepalanya saat ini terasa berisik sekali. Membuat dia benar-benar tidak bisa berpikir dengan jernih saat ini.

"Lagian tumben-tumbenan banget lo mau ninggalin Naya. Biasanya kan udah kek kembar siam, gak mau lepas," ledek Jevian yang langsung mengundang tawa dari Arsa.

Arsa kembali memilih diam.

"Lo lagi ada masalah sama Naya?" tanya Jevian. "Sa?" Jevian kembali bertanya begitu dia tidak kunjung mendapatkan respons dari Arsa.

"Naya hamil," ungkap Arsa pada akhirnya.

Jevian yang kini sedang menenggak minumannya seketika itu juga ia langsung tersedak. Ia tatap Arsa dengan tak percaya. "Serius? Lo mau jadi ayah dong?!" seru Jevian dengan sangat bersemangat. "Congrats bro, sumpah gue kaget sekaligus seneng anjir!" sambung Jevian kembali.

Arsa hanya mampu tersenyum sangat tipis. Jevian benar-benar terlihat sangat senang dengan kabar ini tapi dirinya tidak bisa menunjukan hal tersebut. Rasanya ... terlalu berat.

Kedua manik Arsa masih setia mengamati setiap pergerakan temannya itu yang kini mulai melakukan panggilan video call dengan yang lainnya untuk memberi kabar ini. Dan tentu saja semuanya menjadi ramai saat ini. Meskipun hanya bisa melihat dari layar ponsel tapi Arsa bisa melihat raut wajah teman-temannya yang terlihat sangat bersemangat dengan kabar ini.

Suara tawa masih tersisa meskipun sambungan video call sudah terputus, lelaki yang kini mengenakan kaus oblong berwarna putih itu menyuruhnya untuk bangun lalu setelahnya dia mengambil posisi di sampingnya. Jevian terdiam masih dengan menatapnya untuk beberapa saat.

"Kok lo kek gak excited gitu sih?"

Arsa menoleh pada Jevian. "Hm?"

"Ini kabar membahagiakan tapi kok lo kek gak seneng? Istri lo hamil loh Sa, lo mau jadi ayah tapi kok lo kelihatan kagak seneng?"

Arsa menghela napas berat. "Nggak."

"Lo tinggalin Naya di apartemen sendirian gara-gara ini?" tanya Jevian dengan nada suaranya yang sudah terdengar tidak bersahabat.

"Gue cuman ngerasa ... ini terlalu cepet. Terlalu tiba-tiba," jawab Arsa pelan. "Gue beneran ngerasa belum siap sama sekali. Gue belum mau direpotkan sama anak kecil," papar Arsa setelahnya.

"Ih anjing tahu gak lo Sa! Demi tuhan ini beneran kabar baik dan bisa-bisanya lo gak ngerasa bahagia dengan kabar ini? Kek lo waras apa kagak sih?" sewot Jevian dengan suaranya yang sudah menggebu-gebu.

No RegretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang