No Regrets | 40

33.7K 3K 2K
                                    

HALOOOO!!!

HAPPY READING GUYS!

***

Masih diam terduduk di teras balkon, Arsa kembali membakar ujung batang nikotin yang telah diapit pada sela jarinya. Rokok yang telah berhasil terselip diantara kedua bibirnya ini entah puntung rokok yang ke berapa. Arsa tidak berniat untuk menghitungnya. Ia isap asapnya dalam-dalam lalu menghembuskan kepulan asap tersebut ke udara, membuat asap-asap itu ikut berterbangan bersamaan dengan udara malam ini.

Lantas, pintu kamar terdengar terbuka. Arsa tidak bergerak sedikitpun bahkan hanya untuk menolehkan kepalanya saja Arsa terlalu malas untuk melakukannya.

"Kamu ngerokok lagi?"

Itu suara Ayah yang  kini ikut duduk di sebelahnya, meletakan dua mug yang berisikan kopi. Dua mug tersebut pria itu simpan di lantai.

"Ayah pikir kamu udah berhenti merokok," ucapnya.

Awalnya memang iya, tapi nyatanya rokok masih menjadi teman terbaiknya ketika dia sedang merasa hancur. Seperti sekarang.

"Yah!" tegur Arsa begitu melihat Ayahnya mengambil satu batang rokok yang masih tersisa.

Ayah menyunggingkan senyum. "Kamu udah terlalu banyak merokok. Biar yang satu ini, Ayah yang habiskan."

Ayahnya itu bukan perokok sedari dulu. Jadi, ketika Arsa mendengar pria di sebelahnya ini terbatuk pelan ia langsung mendengus kencang.

"Tadi Ayah lihat Naya pergi sambil nangis. Kalian berantem?"

Rasanya Arsa tidak perlu menjawab pertanyaan tersebut.

"Ini buat aku satu kan?" Arsa meraih mug tersebut kemudian menyesap kopi tersebut yang masih mengeluarkan kepulan asap.

Cukup lama mereka sama-sama terdiam. Sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Ayah gak tahu kalau ternyata Anita bakal ke sini."

Arsa langsung menoleh, hanya sesaat sebelum akhirnya kembali menatap ke depan.

"Tante Anita suruh aku ceraikan Naya  terus nikah sama Alena." Arsa berdecih pelan begitu mengingatnya. "Dia pikir aku cowok apaan yang bisa dioper-oper gitu," sambung Arsa dengan kesal.

Ayah merespons dengan tawa kecilnya, puntung rokok yang masih menyisakan setengah ia buang setelah ujungnya dimatikan. "Kamu suka rokok dari apanya sih, Nak?" tanyanya heran.

"Anita kan memang dari dulu ingin menjodohkan kamu dengan Alena. Cuman Bunda kamu gak setuju karena dia tahu bagaimana busuknya adik Ayah itu. Bunda kamu gak mau kalau nanti kamu dikendalikan oleh dia, jadi Bunda kamu memilih untuk menjodohkan kamu dengan Naya." Ayah menatap wajahnya dari samping. "Kamu menyesal karena telah dijodohkan dengan Naya?"

Arsa menyunggingkan senyuman tipis, sangat tipis nyaris tidak terlihat. "Nggak."

"Baguslah."

"Tante Anita juga ributin soal Ayah yang katanya beli rumah untuk aku. Yah, apartemen bagi aku juga udah cukup."

"Untuk sekarang apartemen mungkin cukup. Tapi ketika kalian sudah punya anak, kurang ideal rasanya jika cucu Ayah dibesarkan di apartemen."

"Aku bisa beli sendiri," selak Arsa cepat.

"Tapi ayah pengen beliin kamu," balas ayahnya tak mau kalah.

Kembali terjadi keheningan diantara mereka untuk beberapa saat. Semilir angin malam berhasil membuat suasana semakin dirasa mendingin.

No RegretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang