No Regrets | 52

28.3K 2.3K 350
                                    

Duh, ini ngilangnya lama banget ya? Maap ya😭🙏🏻

Minggu-minggu kemaren aku UAS. Kelar UAS aku sakit, terus habis itu ada masalah. Terus aku rehat dulu beberapa hari, dan baru keburu sekarang. Maap yaaaa☹️

Happy reading, love!

***

Setelah beberapa kali Arsa menimbangkan hal ini cukup lama. Akhirnya Arsa memutuskan untuk mengambil alih perusahaan Ayahnya. Keputusan ini ia putuskan begitu Ayahnya masuk rumah sakit akibat kelelahan karena terlalu banyak bekerja. Jadi, mau tidak mau selama satu Minggu ini ia disibukkan dengan berbagai macam dokumen yang harus ia pelajari dan ia tidak begitu saja, ada orang kepercayaan ayahnya yang dipercaya untuk membimbing Arsa. Tidak mudah tentu saja, tapi rasanya tak ada pilihan lain.

Arsa keluar dari dalam kamar, dengan ponsel yang masih menempel pada telinga, mengapit benda berbentuk pipih tersebut dengan bahu sementara tangannya mencoba memasukan kancing lengan kemejanya.

Ia sedikit kesulitan, sebelum akhirnya ada Naya yang kemudian mengambil alih. Arsa mau tak mau menyunggingkan senyum manisnya, ia cium pelipis perempuan itu.

"Iya, nanti coba Arsa pelajari lagi," ujar Arsa.

Matanya masih mengamati pergerakan Naya yang kini mulai mengambil dasi yang sengaja ia taruh di bahunya tadi karena belum sempat ia pakai.

"Aku udah belajar pasangin dasi," ucap Naya tiba-tiba. Suaranya terdengar sangat bangga. "Aku cari tutorial di YouTube," lanjutnya lagi.

Arsa baru mengetahui hal tersebut baru-baru ini, setelah ia mulai bekerja. Ia baru mengetahui kalau Naya ternyata cukup payah dalam hal memasangkan dasi.

"Nanti Arsa kabari lagi. Bentar lagi juga mau berangkat." Arsa masih fokus berbicara pada Ayahnya yang tadi tiba-tiba menelpon.

Sementara ia fokus dengan sambungan telepon, Naya kini mulai memasangkan dasi di sekeliling kerah kemejanya. Raut wajah perempuan itu terlihat sangat serius membuat Arsa sangat gemas saat itu juga.

Begitu sambungan telepon dengan Ayahnya terputus, semua atensinya tertuju pada Naya. Namun keningnya dibuat sedikit mengernyit ketika ia sadar warna lipstik yang dipakai oleh Naya berbeda dengan warna lipstik-lipstik yang biasa digunakan oleh perempuan itu.

"Nah, udah selesai," ujar Naya seraya menepuk-nepuk kemejanya seolah terdapat debu yang tak kasat mata di sana.

Arsa tersenyum, lalu menatap takjub dasi yang kini sudah melingkari kerah kemejanya dengan sempurna. "Wah, thank you, sayang."

"Okay."

"Jadi keluar sama Amara?" tanya Arsa karena semalam Naya memberitahunya jika Naya akan keluar bersama dengan sahabatnya itu.

"Jadi, kamu gak liat aku udah rapi gini? Sengaja pagi-pagi soalnya aku mau ke rumah mama dulu."

"Perlu aku anter?"

Naya langsung menggeleng. "Gak perlu, aku bisa sama Amara. Kamu lagi buru-buru kan?"

Arsa melirik jam di pergelangan tangannya sesaat. "Gak masalah, telat bentar."

"Gak perlu, Arsa. Aku sama Amara aja."

Walaupun sedikit berat hati akhirnya Arsa mengangguk tanda setuju. "Dia beneran bisa kan?"

"Iya beneran."

"Oke, kabari aku kalo ada apa-apa atau kalau kamu butuh sesuatu."

Naya langsung memberikan jawaban dengan acungan jempol.

No RegretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang