No Regrets | 14

37.4K 2.9K 149
                                    

Menggeliat dari tidurnya, tidur Naya seketika terganggu ketika suara seseorang menusuk gendang telinganya disusul dengan guncangan pelan pada bahunya. Naya berniat akan menarik selimut namun ada yang menarik kembali selimut tersebut membuat Naya menggerutu sebal.

"Apa sih ih ngantuk."

"Shalat subuh dulu Nay."

"Ngantuk." Naya menarik selimut tebalnya sampai menutupi seluruh tubuhnya. Namun tak lama dari itu selimut tersebut ditarik kembali.

Naya membuka mata sesekali mengerjap. Pemandangan yang ia tangkap adalah sosok Arsa yang sudah terlihat rapih dengan sarung dan juga baju koko berwarna cokelat. Kenapa tiba-tiba matanya jadi seger ya?

"Shalat dulu nanti boleh dilanjut tidurnya," ucap Arsa dengan tangan yang merapikan rambutnya yang sedikit basah oleh air wudhu.

Akhirnya Naya memilih untuk beranjak dengan mata yang setengah terpejam. Ia berjalan dengan gontai menuju kamar mandi.

"Nay." Naya yang baru saja akan mengambil wudhu menoleh kembali pada Arsa.

"Hm."

"Mau berjamaah?"

Naya terdiam sesaat lalu menganggukkan kepalanya setelah itu kembali memasuki kamar mandi untuk mengambil wudhu. Setelah selesai Naya keluar dan sudah ada dua sajadah yang terbentang.

Arsa menoleh begitu mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka begitu Naya sudah berada dihadapannya ia langsung menyodorkan mukena pada perempuan itu. Naya langsung menerimanya kemudian mengenakan mukena tersebut.

"Buruan, ngantuk." Gumam Naya.

"Bentar," Arsa berbalik menghadap Naya kemudian tangannya menunjuk pada wajahnya. "Ada rambut tuh."

Naya berdiri mematung, sedikit kesusahan ketika menelan ludahnya sendiri. Saat ini sosok Arsa benar-benar terlihat seperti suami yang——ah sudahlah.

"Udah, yuk."

Akhirnya mereka menjalankan shalat dua rakaat tersebut. Beberapa menit kemudian mereka telah selesai melaksanakan shalat. Naya langsung melepas mukena dan melipatnya, ia memilih untuk meringkuk kembali di atas kasur.

Naya melirik Arsa yang masih melipat sajadah, "Semalem pulang jam berapa?" Tanya Naya.

"Jam dua belas gitu? Gak tau gue lupa," jawab Arsa singkat.

"Penting banget kayaknya?"

Gerakan tangan Arsa yang sedang melipat sejadah langsung berhenti. "Gak penting sebenarnya, tapi ya gitu deh susah gue jelasinnya."

Naya hanya mengangguk tidak berniat untuk tahu lebih dalam karena dia menjaga batasan, kemudian ia menarik selimut tebalnya sementara Arsa lelaki itu sudah bergerak menuju meja dan membuka laptopnya. Niat awal Naya dia ingin tidur kembali tapi entah kenapa kali ini dia tidak bisa memejamkan matanya kembali. Naya sudah mencoba mengganti posisi menjadi terlentang kemudian memiringkan kembali tubuhnya tapi matanya benar-benar menolak untuk terpejam.

Menghela napas akhirnya Naya memilih untuk membuka matanya, Arsa yang sedari tadi sedang membaca buku seketika itu menatap Naya heran.

No RegretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang