No Regrets | 27

37.2K 4K 1.6K
                                    

Mata Arsa terpejam dengan tubuhnya yang terlentang. Kini ia berbaring di samping perempuan yang sedari tadi terlihat sangat canggung. Hanya ada suara jarum jam yang bergerak yang mengisi kesunyian saat ini, tidak ada yang ingin berbicara terlebih dulu.

Arsa bergerak untuk mengganti posisi menjadi menyamping dan tanpa di sadari ternyata Naya pun merubah posisi tidurnya. Membuat kini mereka saling berhadapan, lalu tatapan mereka bertemu.

"Tadi waktu gue jalan ke sini gue lihat semuanya masih berjalan seperti biasanya. Kendaraan yang penuh di jalan, orang-orang yang lagi nongkrong masih ketawa-ketawa." Arsa menghela napas sesaat. "Disana gue sadar kalau kehidupan akan masih berlanjut walau dunia kita sedang runtuh," ucap Arsa masih dengan posisinya saling berhadapan dengan Naya.

"Sekarang gue kalo kangen harus kayak gimana ya?" Arsa tersenyum miris.

Tangan Naya terulur untuk mengusap rambut Arsa yang kini sudah terlihat sedikit panjang. "Kirim doa."

Arsa hanya mampu tersenyum tipis ia pejamkan matanya begitu merasakan sapuan lembut pada kepalanya. Setidaknya Arsa bersyukur masih ada Naya yang terus menemaninya.

"Gak mau dipotong apa? Rambutnya udah panjang begini," ujar Naya tiba-tiba menghilangkan keheningan yang sedari tadi menemani mereka.

Lagi-lagi Arsa hanya diam.

Begitu usapan pada rambutnya berhenti Arsa langsung merasakan kehilangan, ia buka kelopak matanya. Mereka masih terus saling menatap membuat Naya berdeham pelan guna menghilangkan rasa canggungnya yang lagi-lagi datang.

"I wanna your hugs." Arsa berucap pelan. "Again," lanjutnya lagi.

Naya hanya mampu mengerjapkan matanya berulang kali otaknya tiba-tiba blank yang ia lihat sekarang adalah Arsa yang melesak semakin dekat ke arahnya lalu tangannya terulur untuk memeluk pinggangnya. Setelah beberapa saat dia hanya diam, dengan gerakan kaku tangannya membalas pelukan lelaki itu mengusap punggung Arsa.

"Peluk aja kalo itu bisa bikin perasaan lo membaik." Meskipun rasanya jantung Naya sedari tadi terus jumpalitan.

"Udah tidur?" tanya Naya begitu dia tidak mendengar suara Arsa lagi.

"Belum."

"Arsa, gue mau minta maaf soal waktu itu. Soal cincin——"

"Nay, itu kita bahas nanti ya?"

"Sorry." Naya merutuk dalam hati menyesali ketololannya itu. Disaat seperti ini dia malah membahasa hal tersebut.

Naya memilih pasrah mencoba biasa saja ketika lagi-lagi Arsa memeluk pinggangnya. Lalu begitu terdengar notifikasi pada ponselnya Naya merubah posisinya untuk duduk dan menyandarkan punggungnya pada heardboard membuat Arsa bergerak sedikit menjauh dan melepaskan pelukannya.

Naya langsung meraih benda tersebut, ternyata pesan dari ayah.

"Siapa yang malam-malam kirim pesan?"

Naya menoleh ke arah Arsa. "Oh nggak, bukan siapa-siapa."

"Cowok lo?"

Seketika Naya langsung menggeleng cepat. "Bukan. Ini chat dari Ayah, dia nanyain keadaan lo."

Naya langsung mengetikan balasan, dan gerakan jarinya terhenti begitu Arsa merebahkan kepalanya pada paha. Menjadikannya sebagai bantal.

Ayah

Nak, Arsa baik baik aja kan?

Iya ayah Arsa baik baik aja, gak usah khawatir ya. Ayah tidur aja istirahat, nanti Naya coba bicara sama Arsa

No RegretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang