79.

656 49 4
                                    

✨part 79✨

Sepanjang lorong RS, Gunawan dan Rara bergandengan tangan dengan sangat erat.

Gunawan : Ay...

Rara : hmm??

Gunawan menghentikan langkahnya, tentu saja hal itu membuat Rara melakukan hal yang sama.

Gunawan : capek nggak?

Rara : enggak.

Tiba-tiba Gunawan menggendong Rara di depan. Rara meronta, namun Krn takut jatuh, akhirnya dia mengalungkan kedua tangannya di bahu Gunawan.

Rara : eh eh, kok digendong Bee

Gunawan : biar kamu nggak capek.

Rara : Ya Allah Bee.... Cumak jalan gitu nggak akan buat aku capek.

Gunawan : sutt, diem, itu motor aku udah kelihatan.

Gunawan menurunkan Rara persis di sebelah kiri motornya.

Rara : gpp kali Bee... Jalan segitu doang aja pakai di gendong.

Gunawan : jadi nggak mau?

Rara : ya mau sih 😁 hehe
Gunawan menaiki motornya.

Gunawan : ayo naik, pelan-pelan ya

Rara : kamu over protective deh kayaknya Bee...

Gunawan : gpp, biar nggak terjadi apa-apa sama kamu dan dedeknya.
Kemudian mereka naik motor, Rara memeluk erat pinggang Gunawan dari belakang.

Diperjalanan.

Gunawan : Bee... Sepertinya kita perlu bicara lagi pada papa soal ngantor.

Rara mengeratkan pelukannya.

Rara : kamu sedang khawatir?

Gunawan : tentu saja, suami mana yang tidak khawatir kalau istrinya tengah hamil muda.

Rara malah cengengesan di belakang Gunawan.

Rara : kamu khawatir sama aku atau dedek?

Gunawan : dua-duanya lah.

Tak terasa, mereka sampai di rumah.

Betapa kagetnya Rara dan Gunawan ketika mendapati mobil Ramzi telah terparkir di halaman bengkel.

Gunawan turun dan mengepalkan kedua tangannya.

Gunawan : untuk apa dia kemari
Rara menyadari emosi suaminya, dia mencoba mengelus sayang punggung Gunawan.

Rara : sayang...... Jangan emosi ya, kita dengarkan alasan om Ramzi.

Tidak ada respon dari Gunawan. Namun, kepala tangannya mereda.
Gunawan dan Rara melangkah bersama bergandengan tangan ke arah rumah. Namun langkahnya terhenti ketika mendapati Ramzi telah berdiri di depan pintu rumah mereka. Ramzi menoleh menyadari ada yang berjalan mendekat ke rumah, dan senyuman terukir di wajahnya.

Ramzi berlari dan dengan refleks memeluk Gunawan yang bahkan tidak meresponnya sama sekali.

Greppp.....

Ramzi : ayah kangen sama kamu nak, maafin ayah......

Tangan Gunawan kembali mengepal, tatapannya kosong, ingin sekali dia memukul pria yang tengah memeluknya saat ini.

Menyadari tidak ada respon dari Gunawan, Ramzi melepas pelukannya dan menggoyang-goyangkan tubuh Gunawan.

Ramzi : nak, maafin ayah nak, nak....

Gunawan : enak sekali....

Ramzi menunduk, melepas kedua tangannya dari bahu Gunawan.

Ramzi : ayah tau kamu marah, ayah bisa mengerti.

Gunawan : ayah tidak mengerti dan tidak pernah mencoba untuk mengerti

Ramzi : ayah tau ayah sangat berdosa nak, maafin ayah.

Gunawan : ayah membuangku, darah daging ayah sendiri. Ayah mengkhianati ibu. Ayah memisahkan kami dari Abang. Ayah tidak pernah menganggap aku sebagai anak ayah. Ayah tidak pernah mencari kami. Ayah tidak akaan mengerti sakit yang aku dan ibu sembunyikan selama bertahun-tahun.

Ramzi : maafin ayah nak.

Gunawan : dan setelah semuanya, ayah datang dan meminta maaf. Seolah semua itu tidak pernah terjadi.

Ramzi : ayah datang untuk memperbaiki semuanya, ayah datang untuk menjemput kamu dan menantu ayah.

Gunawan : nggak ada yang perlu diperbaiki karena semuanya sudah rusak dari awal.

--bersambung--

✨Akan ada lebih banyak hal yang terjadi kedepannya 😉😂

Jangan lupa vote, komen, dan share 🤗🤗😉😉❤️❤️💙💙✨✨

SETULUS CINTAKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang