24.

467 46 2
                                    

✨part 24✨

Rara semakin sesenggukan.

Irfan : kenapa menangis? Itu konsekuensinya, jika kamu membiarkan rasa sedih masuk dihatimu.

Tangis Rara semakin menjadi-jadi, tetapi dia masih menunduk.

Irfan : lihat papa Ra, dan dengarkan kata papa (ucap Irfan sambil memegang dagu Rara untuk membuat wajah Rara menghadap dirinya)

Rara masih terus menangis.

Rara : tapi papa kemana selama 4 hari, bahkan papa tidak terlihat sedang mencari Rara.

Irfan diam, tangannya yang semula ada di dagu Rara pun ia turunkan.

Rara : papa menyibukkan diri, mencoba membuang semua rasa sakit dihati papa.

Irfan terus diam, seolah memberi ruang untuk Rara mengutarakan isi hatinya.

Rara : parahnya lagi, papa menerapkan cara yang sama pada mama dan Rara. Papa memberikan mama jadwal yang padat, begitupun dengan Rara. Papa berharap papa bisa membuat kami melupakannya, tapi itu tidak akan pernah bisa. (Rara masih terisak)

Rara : ketika dia masih hidup papa tidak membiarkan kami menyayanginya. Bahkan ketika dia sudah pergi, papa tidak mengizinkan kami mengenangnya. Papa lah yang egois (tangis Rara semakin menjadi-jadi)

Rara : apa pernah papa tanya pada Rara atau mama, apakah kami menyukai cara papa? Apa pernah papa tanya sama Rara dan mama, bagaimana perasaan kami? Enggak, papa selalu melakukan dengan cara papa sendiri (ucap Rara dengan tangis yang semakin pecah)

Rara : Rara pikir papa akan berubah setelah kejadian ini. Rara pikir, papa akan memeluk Rara dan meminta Rara kembali pulang, ternyata Rara membuat keputusan yang salah, harusnya Rara tidak pernah kembali kepada papa. (Ucap Rara final, bersamaan dengan tangannya mengusap kasar bekas air matanya)

Rara : lebih baik Rara pergi dari sini (ucap Rara sambil berdiri)

Rara melenggang pergi dari ruangan itu, dia berlari, entah menuju kemana. Gunawan yang sedari tadi menunggu diluar jelas mendengar ada pertengkaran antara Rara dan papanya. Walau dia tidak mendengar jelas kalimat mereka.

Gunawan memutuskan mengejar Rara. Dia menemukan Rara tengah terduduk di taman RS, menunduk dan menyatukan kedua tangannya erat-erat. Bisa Gunawan pastikan, Rara sedang menahan tangisnya.

Gunawan memutuskan untuk menemui Rara, duduk di sampingnya. Rara tidak bereaksi sama sekali. Dia masih berada di posisi semula.

Entah kenapa hati Gunawan tergerak, ia menggenggam erat kedua tangan Rara yang menyatu, menghadapkan tubuh Rara padanya. Sementara Rara terus menunduk.

Gunawan : Ra, tidak apa kalau kau ingin menangis. Pasti rasanya sakit kalau kamu tahan (ucap Gunawan tulus)

Rara hanya menggeleng.

Tiba-tiba Gunawan memeluk Rara, menyembunyikan wajah Rara di dadanya.

Gunawan : kalau begini, air matamu tidak akan terlihat oleh orang lain, kamera-kamera itu juga tidak akan menyadarinya. Jadi menangis lah

Mendengar ucapan Gunawan, Rara menangis di pelukannya. Rara benar-benar menumpahkan semua tangis yang ia tahan selama ini. Tangis yang selama belasan taun dia tidak perlihatkan kepada siapapun kecuali Selfi, dan papanya baru melihat lagi beberapa hari yang lalu.

Rara terus terisak, tangisnya semakin menjadi-jadi. Sementara Gunawan hanya bisa terus mengusap punggung Rara, menyalurkan kekuatan.

Selang lama mereka dengan posisinya, tangisan Rara mereda. Rara mulai membuka mulutnya dengan posisi masih dipelukan Gunawan.

Rara : Mutiara Ramadhani Hakim, harusnya itu nama lengkapnya.

Gunawan kaget, dia melepas pelukannya dan menatap Rara. Sepertinya Rara akan menceritakan hal besar yang selama ini menjadi pertanyaan untuknya.

Rara : kau sudah membaca nama lengkapnya kan? Harusnya namanya Mutiara Ramadhani Hakim. Dia kembaranku, tepatnya kakak kandungku.

Gunawan menatap Rara, menunggu kalimat selanjutnya.

Rara : panggilannya Ara. Dari kecil, dia sakit-sakitan.

Rara menjeda ucapannya, sambil mengusap jejak air mata diwajahnya.

Rara : papa dan mamaku mencoba berbagai cara, tapi Ara terus sakit dan keadaanya semakin parah. Papa memutuskan untuk menjauhkan aku dan mama dari Ara. Karena dokter sudah pasrah dengan keadaan Ara.

Gunawan meraih tangan Rara, mengusapnya dengan tangannya. Seolah sedang menyalurkan kekuatan.

--bersambung--

Kok sepi ya? 😩

Jangan lupa vote, komen, dan share ya 🤗😉

Makasih supportnya ❤️💙

SETULUS CINTAKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang