✨part 12✨
Bersamaan dengan selesainya teriakan itu, Rara menabrak tubuh seseorang yang tepat berada di depan pintu. Orang yang ia tabrak? Ya, memang Gunawan.
Gunawan kaget, berbalik badan dan mendapati buku-buku Rara telah tercecer di lantai bawah. Segera ia berjongkok dan mengambil buku-buku itu. Rara pun ikut berjongkok dan mengambil buku lainnya.
Hingga....... Tangan mereka tiba di buku yang sama. Tepatnya, tangan Rara diatas tangan Gunawan.
Gunawan : tangannya lembut, tapi dia selalu teriak setiap hari. (Batin Gunawan)
Mereka sempat bertatapan, namun sepersekian detik kemudian mereka segera sadar dan gelagapan berdiri.
Gunawan : kau bicara apa Gunawan, jangan pernah tertarik padanya. Bukan karena dia kaya, tapi bukankah kau benci orang-orang sepertinya, orang-orang yang hanya manis di depan kamera. Lihatlah, dia sampai ikutan jongkok seperti tadi juga pasti karena kamera-kamera itu. Aku sangat benci orang-orang munafik seperti mereka (Batin Gunawan lagi)
Gunawan : maaf nona, saya tidak tau kalau nona berjalan ke arah saya tadi.
Rara : tidak apa gun, saya yang salah (Rara mengatakannya sambil tersenyum manis ke arah Gunawan, dan tangannya mengusap punggung Gunawan)
Gunawan : Ya Tuhan, manis sekali perlakuannya. (Batin Gunawan) haduh, kamu mikir apa lagi sih gun, ingatt........ Dia bersikap manis karena ada kamera. Nona, tolong jangan begini. Saya takut tidak bisa membedakan, mana senyum tulus dan mana yang hanya akting.
Rara : apa yang kau pikirkan gun, ayo berangkat (kata-kata Rara membuyarkan lamunan Gunawan)
Gunawan : eh, maaf nona. Mariii.....
Gunawan membuka pintu belakang untuk Rara, kemudian dia kembali ke tempat pengemudi. Segera dia nyalakan mobil dan mulai keluar dari rumah.
Sebelum mobil sempurna keluar dari gerbang, Rara meminta Gunawan menghentikan mobilnya.
Rara : gun, berhenti sebentar, aku harus bicara walau sedikit pada wartawan-wartawan itu.
Gunawan menghentikan mobilnya tepat ketika mobil itu telah keluar sempurna dari pintu gerbang. Segera Rara membuka kaca mobil, bersiap menunggu pertanyaan yang akan terlontar dari pencari berita itu.
Wartawan 1: mbak Rara, katanya mbak Rara pindah kuliah di sini? Pasti masuk ke universitas terbaik kan? Siapa juga yang nggak mau menerima mbak Rara sebagai mahasiswa?
Rara : ya, saya pindah kuliah di Indonesia. Universitas gemilang, salah satu universitas terbaik di Indonesia.
Gunawan membatin sesuatu : tuh kan gun, lihat....... Dia bangga mengenalkan kampus yang menerimanya, padahal dia diterima karena nebeng nama papa dan mamanya, basiiiiiii
Tanpa disadari, Gunawan membatinnya sembari tangannya menggenggam kemudi mobil semakin erat.
Wartawan 2 : sepertinya supir pribadi mbak Rara baru ya, tadi kami lihat mbak Rara bersikap baik padanya.
Rara : iya, dia supir baru saya dan satu lagi. Bukankah kita harus berlaku baik kepada sesama manusia? Dia juga sudah pernah membantu saya, jadi wajar jika saya memperlakukannya dengan baik.
Mendengarnya, entah kenapa Gunawan semakin kesal
Gunawan : dengar ha gun, lihat. Dia sama seperti ayahmu, menggunakan orang lain untuk di cap sebagai orang yang dermawan. Lihat......... sama persis. Jangan pernah berfikir untuk menyayanginya, atau dia akan membuangmu seperti cara ayahmu melakukannya. Aku benci orang-orang seperti mereka. (Batin Gunawan)
Ternyata, kepalan tangan Gunawan pada kemudi mobil semakin kencang, urat-urat tangannya terlihat sangat jelas, bahkan matanya sudah memicing meski tetap lurus kedepan.
Rara : sudah dulu ya, saya harus segera berangkat kuliah, terimakasih. (Rara mengucapkannya sambil tersenyum)
Gunawan masih pada posisinya, tiba-tiba saja dia mengingat semua perlakuan kejam ayahnya dulu. Rara yang merasa tidak ada pergerakan apapun dari gunawanpun segera memanggil sembari menepuk pundaknya.
Rara : gun... Ayo berangkat
Gunawan terperanjat kaget dengan tepukan dari Rara.Gunawan : maaf nona, saya melamun tadi.
Rara : tidak apa, tapi jangan melamun ketika kau sedang mengemudi, oke. (Sambil tersenyum manis)
Gunawan melihat senyum itu dari kaca yang mengarah ke Rara. Entah kenapa Gunawan dibuat semakin kesal olehnya.
Gunawan : jangan tersenyum nona, aku takut aku akan semakin membencimu.(Batin Gunawan)
--bersambung--
Kok benci sih min? Tenang woy, bukankah ada jarak yang tipis antara benci dan cinta?
Jangan lupa vote dan komen ya 😉💙❤️🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
SETULUS CINTAKU
RomanceMencintaimu adalah salah satu hal yang aku lakukan bukan untuk pencitraan. Jika mereka menyerangku, biarlah. Aku tetap di pihakmu. Jika mereka menyerangmu, kuatlah. Aku selalu di sampingmu. ((Penasaran? tungguin ya ))