✨part 10✨
Rara : jadi Gunawan, apa yang bisa saya bantu? (Rara bertanya setelah sampai di ruang tamu dan duduk di salah satu sofa)
Terlihat sudah ada dua cangkir teh hangat dan satu piring penuh kue kering di atas meja.
Gunawan : apa nona ada pekerjaan? Saya bisa menjadi supir atau tukang kebun di sini.
Rara : sepertinya Allah sedang mengatur rezekimu. Supirku mengundurkan diri sejak hari ini. Jadi kau diterima dan bekerja sebagai supir pribadiku mulai besok pagi. Jam kerjamu mulai pukul 6 pagi sampai saya pulang kembali ke rumah. (Mengatur rezeki Gunawan atau mengatur garis takdir mereka berdua? Entahlah)
Setelah mereka berbincang-bincang untuk kesepakatan kerja. Gunawan pamit pulang ke rumah dan Rara segera ke kamar, merebahkan dirinya untuk beristirahat. Gunawan memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Dia mengemasi baju ganti untuk ibunya dan sekaligus membayar biaya sewa rumah kontrakannya. Gunawan membayar dengan apa? Sebelum pulang dia mengambil uang yang ada di tabungannya.
Setelah semua beres, Gunawan pergi ke rumah sakit. Dia harus pamit kepada ibunya, karena setelah hari ini, pasti dia hanya bisa menunggui ibunya ketika larut malam saja.
Sesampainya di RS, Gunawan melihat Inul sedang memakan makanannya. Segera Gunawan masuk dengan senyum tulus terukir di bibirnya.
Gunawan : assalamualaikum ibu, Alhamdulillah ibu sudah bangun dan bahkan sudah makan. Sini, biar gun suapi ibu.
Inul : kau sudah pulang? Bagaimana pekerjaan hari ini? (Bertanya sambil menerima suapan dari Gunawan)
Gunawan : sepertinya gun harus berhenti menjadi sopir taksi online Bu.
Inul : kenapa? Apa kau membuat kesalahan?
Gunawan : tidak, gun sudah mendapat pekerjaan baru. Ibu ingat nona manis yang gun ceritakan 2 tahun lalu? Nona manis yang murung selama perjalanan, tapi memiliki senyum indah.
Inul : nona manis yang memberikan kartu namanya padamu karena kau telah mengembalikan hp nya?
Gunawan : iya Bu. Mulai besok aku akan bekerja sebagai sopirnya.
Inul : benarkah? Wah, selamat nak. Tapi bagaimana dengan mobil kamu itu? Nanti nganggur dong.
Gunawan : mau bagaimana lagi, mana mungkin gun mengantar nona manis dengan mobil gun. Mobilnya saja ada banyak, dan jauh lebih bagus.
Inul : kenapa tidak kau rentalkan mobilmu? Dan minta tolong pada Aco untuk mengurusnya?
Gunawan : ibu benar, kasihan Aco. Dia telah lama mencari pekerjaan.
Inul : sebentar gun, beritahu ibu siapa nama nona manis itu!
Gunawan : Rara, Tyara Ramadhani Hakim. Panggilannya Rara Bu.
Inul : namanya manis, sepertinya ibu sangat penasaran dengannya.
Gunawan : jangan bermimpi Bu, dia komplotan ayah. (Menaruh piring makan ibunya di meja dan berdiri membelakangi ibunya)
Inul : maksudmu keluarga kaya? Itu sih ibu tau.
Gunawan : bukan, maksud gun 'orang-orang yang berakting di depan kamera' (gun memberi penekanan pada kalimat yang dia katakan, wajahnya seperti menahan kesal dan tangannya mengepal)
Inul : nak, tidak semua orang bersandiwara karena kemauannya.(Inul meraih lengan Gunawan, menghadapkan wajah Gunawan pada wajahnya)
Gunawan : ah, sudahlah Bu. Mau itu kemauannya atau bukan, menunjukkan hal yang tidak benar kesemua orang itu salah. Untuk apa? Untuk mempertahankan nama baik? Cihh, basiiii. Aku harap aku tidak pernah lagi ketemu dengan orang seperti itu setelah ayah, tapi ternyata aku harus bertahan dan bekerja dengan orang yang sama seperti ayah. (Kepalan tangan Gunawan semakin kuat)
Inul : nak, jangan bicara begitu. Kamu mana tau, bisa jadi dia hanya menyembunyikan kesedihan dibalik senyum yang dia tunjukan di depan kamera. Jangan menyamaratakan mereka nak, dia bukan ayahmu, ibu yakin nona manis itu berbeda. (Inul menjeda ucapannya, dia melihat anaknya yang sudah menunjukan wajah kesal seperti setiap kali mereka membahas ayah) satu hal lagi, berulang kali ibu ingatkan, jangan membenci ayahmu.
--bersambung--
Hai semua, jangan lupa vote ya.
Cerita tentang Gunara juga bersaing dengan banyak cerita diluar sana. Jadi kalau di vote, minimal nggak memalukan lah hasil vote nya.Jadi, ternyata Gunawan sudah mengagumi senyum Rara sejak lama? Iyaps.
Tapi rasa benci tertancap terlalu dalam dihatinya, akankah rasa benci itu luluh? Atau malah semakin menjadi-jadi? 😁😉
KAMU SEDANG MEMBACA
SETULUS CINTAKU
RomanceMencintaimu adalah salah satu hal yang aku lakukan bukan untuk pencitraan. Jika mereka menyerangku, biarlah. Aku tetap di pihakmu. Jika mereka menyerangmu, kuatlah. Aku selalu di sampingmu. ((Penasaran? tungguin ya ))