✨part 35✨
Sementara di kamar, Rara mendekat ke arah pintu, mencoba mendengarkan perbincangan papanya dan Gunawan di ruang tamu.
Betapa terkejutnya Rara, mendengar permintaan Irfan kepada Gunawan untuk menjauhi Rara. Seketika kaki Rara terasa lemas, tubuhnya perlahan-lahan turun dan terduduk kasar tepat di belakang pintu kamarnya.
Rara : Bee.... Jangan pergi, jangan lakukan itu (ucap Rara sambil menangis)
Rara : papa jahat, Rara benci papa. (Masih dengan sesenggukan)
Setelah lelah menangis, Rara mencoba berjalan meski dengan lemah. Sampai di meja samping ranjangnya, dia terduduk lagi, kakinya masih lemah dan tidak sanggup berdiri lebih lama. Dia mengambil ponselnya dan mengetikkan nama "My Bee" di sana. Dia mencoba menghubungi nomor itu, tapi tidak bisa.
Rara : tidak ada foto profilnya. Bee.... Kamu nggak mungkin blok nomor aku kan? (Air mata Rara kembali menetes) please, jangan nyerah Bee. (Tangis Rara semakin menjadi-jadi)
Rara yang lelah akhirnya tertidur di lantai, dengan posisi kepalanya bersender pada ranjang.
Sementara, beberapa menit yang lalu Gunawan sudah sampai di rumahnya. Dia mebuka pintu dengan lemah. Ibunya yang merasa ada seseorang di depan pun segera keluar. Betapa terkejutnya Inul mendapati kondisi anaknya. Rambutnya acak-acakan, matanya sembam, wajahnya merah, dan... Astaga.... Ujung bibirnya berdarah.
Inul : nak, kamu gpp? (Ucap Inul sambil berusaha membopong Gunawan dan meletakkan Gunawan duduk di kursi ruang tamu)
Gunawan : gpp Bu. (Mencoba tersenyum)
Inul : ibu ambilkan kompresan ya
Gunawan mengangguk.Inul segera pergi ke dapur dan mengambil kompresan untuk Gunawan. Sementara Gunawan mengambil ponselnya, dan mengetikkan nama "My Ay" di sana.
Gunawan : maaf Ay, kali ini aku pergi untuk kebahagiaanmu.
Iya, Gunawan mem blok nomor Rara.
Beberapa menit kemudian Inul kembali dengan air kompresan di baskom, lengkap dengan kain. Inul segera mengkonpres pipi putranya itu, dia tidak bertanya apapun, dia tau anaknya akan bercerita ketika sudah merasa baikan.
Gunawan : Bu, besok kita pindah ke rumah sederhana yang kemarin di tawarkan ke kita. Walau kecil, tapi setidaknya kita punya rumah sendiri.
Inul hanya menggangguk, dan terus mengompres pipi Gunawan.
Gunawan menghentikan gerakan tangan Inul.
Gunawan : udah, ibu istirahat saja, besok kita harus berberes. Gunawan bisa sendiri kok.
Inul : ya udah, ibu istirahat dulu ya nak. Kamu jangan malam-malam tidurnya. (Ucap Inul sambil mengusap kepala Gunawan dan tersenyum)
Setelah Inul pergi, Gunawan menghubungi Aco, entah apa yang dia ketikkan di sana.
Setelahnya, Gunawan memutuskan untuk beristirahat.
Dia pergi ke kamar, namun sayangnya dia tidak bisa tidur sama sekali, dia kepikiran Ay nya.
--skip keesokan harinya di kediaman D'hakims--
Irfan dan Soimah sudah selesai sarapan di bawah, sedangkan Rara mengunci diri di kamarnya.
Irfan : mbok, mbok Sarni....
Mbok Sarni : iya tuan, ada apa..???
Irfan : tolong bujuk Rara untuk sarapan
Mbok Sarni : maaf tuan, non Rara sama sekali tidak mau bicara
Irfan : hah, anak itu memang keras kepala
Soimah : turunan dari papanya
Irfan : ma...
Tiba-tiba mang Ujang masuk bersama seorang pria.
Mang Ujang : maaf tuan, ini ada saudara saya mau melamar kerja di sini. Apa diperbolehkan?
Irfan : emang saudara kamu bisa apa?
Mang Ujang : dia bisa nyopir tuan.
Irfan : bagus, kebetulan aku butuh sopir untuk Rara. Siapa namamu.
Si pria : perkenalkan, saya Aco pak.
Irfan : oke, kau boleh kerja dari sekarang. Tunggu aja sampai Rara beranjak dari kamarnya.
Aco : baik tuan
Setelah mengatakannya, Irfan melenggang pergi ke kamar Rara. Berkali-kali dia mengetuk pintu, tapi tidak ada jawaban dari Rara.
Irfan : terserah kalau kau tidak mau membukanya. Papa sudah siapkan sopir untukmu, dia menunggu di bawah, jangan sampai telat kuliah nak.
Sementara Rara yang di dalam kamar terperanjat kaget, tiba-tiba dia memikirkan sesuatu. Segera dia berlari ke arah kamar mandi dan mulai bersih-bersih.
--bersambung--
✨Rara mau kemana ya?
Jangan lupa vote, komen, dan share 😉😉❤️❤️💙💙✨✨🤗🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
SETULUS CINTAKU
RomanceMencintaimu adalah salah satu hal yang aku lakukan bukan untuk pencitraan. Jika mereka menyerangku, biarlah. Aku tetap di pihakmu. Jika mereka menyerangmu, kuatlah. Aku selalu di sampingmu. ((Penasaran? tungguin ya ))