✨part 49✨
Rara berjalan mendekat, sekarang dia berada tepat di belakang Gunawan.
Rara : kau sudah berjanji untuk mendengarkan penjelasan ku.
Gunawan hanya diam bagai patung.
Rara memeluk erat Gunawan dari belakang. Menangis 😭
Rara : kau tau aku menyayangimu kan?
Gunawan masih diam.
Rara : Bee... Sungguh, tidak ada yang memiliki hatiku selain kamu.
Gunawan masih diam.
Rara : Bee.... (Rara berusaha menggoncang kan tubuh Gunawan)
Gunawan menarik nafas panjang, masih tidak berbalik badan.
Gunawan : mungkin rasanya tidak akan sesakit ini jika dia bukan abangku Ay
Rara terperanjat kaget meski masih memeluk Gunawan.
Rara :Abangmu?
Gunawan berbalik badan dan memeluk Rara.
Gunawan : tentu saja aku kecewa, aku cemburu, tapi aku berusaha percaya sama kamu.
Rara tersenyum
Gunawan : aku pergi karena aku tidak kuasa melihat kamu di rebut oleh abangku sendiri.
Rara : Bee... Aku ingin buktikan sama papa kalau Ady bukan orang baik-baik. Jadi aku harus menuruti permainannya dulu.
Gunawan melepas pelukannya, tangannya beralih memegang bahu Rara.
Gunawan : tapi itu bisa saja membahayakanmu Ay
Rara mengggeleng cepat.Rara : kan aku pergi selalu sama Aco.
Gunawan tersenyum.
Gunawan : baiklah, aku percaya sama kamu. Masuk gih, kayaknya sebentar lagi mau hujan, nanti kalau kehujanan kamu sakit, aku nggak mau itu
Rara : aku masih mau lama sama kamu.
Gunawan : jangan jadi anak durhaka sayang. Masuk ya, orang tua kamu pasti nyariin kamu.
Rara : oke aku masuk, tapi kamu hutang cerita soal bang Ady.
Gunawan mengangguk.
Gunawan : iya, udah masuk sana.
Rara : oke, aku masuk ya Bee... Aku sayang kamu.
Hari demi hari berganti, Rara terus menemui Gunawan secara diam-diam. Ady bahkan mengetahui beberapa pertemuan itu. Selama berhari-hari itu pula, baik Gunawan maupun Rara, tidak ada yang memulai pembahasan tentang Ady dan undangan itu.
Gunawan juga meminta pada Aco untuk lebih ekstra menjaga Rara. Sekarang, hari sudah menjelang malam. Rara dan Gunawan masih setia menyantap jagung rebus di taman kota, dan mereka menghadap jalanan, melihat motor lalu lalang.
Gunawan : Ay, gimana penyelidikan kamu?
Rara : susah sekali menemukan fakta tentang dia Bee. Semua informasi tentang keluarga dia ditutup dari khalayak umum.
Gunawan mengangguk. Tentu saja, dia tau betul mengapa hal itu terjadi.
Mereka masih melanjutkan obrolan dengan tetap memakan jagung.Rara : tidak ada satupun informasi yang aku dapatkan. Selain dia anak semata wayang Om Ramzi dan Tante Dewi, serta fakta bahwa dia mahasiswa biasa di Universitas Tunas Bangsa.
Gunawan mengangguk lagi.
Rara : semua data tentang masa lalunya, semuanya tidak ada satupun media yang menulisnya.
Gunawan : Ay, apa kita sudahi saja?
Rara : maksudmu??
Gunawan : ya kita sudahi saja ini, mungkin aku bukan jodohmu. (Masih melihat arah jalanan kota)
Rara beralih menatap wajah Gunawan dari samping.
Rara : maksudmu kita nyerah Ay?
Gunawan berbalik, menatap fokus mata Rara.
Gunawan : kita sudah berusaha sejauh ini Ay, tapi apa hasilnya? Aku nggak mau kamu jadi anak durhaka.
Tes.... Air mata Rara berhasil meluncur di pipinya. Rara menggeleng cepat.
Rara : aku nggak mau jadi milik orang lain, aku maunya kamu.
Gunawan tidak berani menatap Rara yang menangis, dia mengalihkan pandangan, menatap jalanan kota lagi.
Gunawan : tapi hubungan kita ini apa Ay? Aku pacar dari orang yang sudah memiliki tunangan? Aku selingkuhanmu?
Rara menggeleng, dia tidak sanggup membalas ucapan Gunawan, tangisnya semakin menjadi-jadi.
Gunawan : apa kata orang kalau mereka tau aku menjalin hubungan dengan orang yang sudah bertunangan?
Rara diam ditempat, terus menangis.
Gunawan : kita juga tidak bisa berbuat banyak. Kalau sampai kau menikah dengan Ady, apa kita akan terus seperti ini? Sungguh Ay, aku nggak mau jadi pihak ketiga.
Rara masih terus diam dan menangis.
Gunawan : sudah, jangan menangis lagi, ayoo pulang.Gunawan berdiri dan menuju mobil tanpa menggenggam tangan Rara.
--bersambung--
✨Selamat bermalam Minggu 🎉🎉
Jangan lupa vote, komen, dan share 🤗🤗😉😉❤️❤️💙💙✨✨
KAMU SEDANG MEMBACA
SETULUS CINTAKU
RomanceMencintaimu adalah salah satu hal yang aku lakukan bukan untuk pencitraan. Jika mereka menyerangku, biarlah. Aku tetap di pihakmu. Jika mereka menyerangmu, kuatlah. Aku selalu di sampingmu. ((Penasaran? tungguin ya ))