34.

469 40 1
                                    

✨part 34✨

Soimah berhenti, tepat disamping salah satu sofa ruang tamu. Sementara Irfan berjalan mendekat ke arah Gunawan sambil tersenyum. Semakin dekat, terus mendekat dan....

Plakkkkkkkkkk...........

Seketika Rara dibuat kaget oleh apa yang Irfan lakukan. Dia menampar kasar wajah Gunawan. Segera Rara menarik Gunawan agar berada dibelakangnya. Setelahnya, Rara menatap tajam mata papanya.

Rara : apa yang papa lakukan?

Rara beralih menatap Gunawan.

Rara : Bee.... Kamu gpp? Berdarah Bee (ucap Rara melihat ujung mulut Gunawan berdarah)

Rara berbalik lagi, dan kembali menatap Irfan dengan tajam.
Irfan membalas tatapan mata Rara tak kalah tajam

Irfan : apa?? Tentu saja menyadarkan dia.... (Irfan menunjuk ke arah Gunawan yang masih memegang pipinya di belakang Rara)

Rara : pa......

Irfan : diam kau, minggir.... (Irfan menarik paksa Rara menjauh dari gunawan dan membuat Rara hampir terjatuh, untung saja Soimah segera menangkapnya)

Irfan : ma, bawa Rara masuk ke kamarnya.

Soimah hanya mengangguk dan hampir membawa Rara.

Rara : enggak, Rara nggak mau pergi. (Ucap Rara sedikit teriak)

Sementara Gunawan masih terus di posisinya, sambil memegang pipinya dan ujung bibir yang berdarah.

Irfan : ma, bawa Rara.... (Sentak Irfan)

Soimah segera membawa Rara pergi.

Soimah : ayo nak, jangan membuat emosi papamu semakin memuncak (membawa Rara ke kamarnya)

Sementara mata Rara sudah berkaca-kaca, dia tidak membayangkan hal ini akan terjadi.

Sampai di kamar, Rara hanya terduduk lemah di ranjang, dituntun oleh mamanya. Setelah memberi Rara kecupan di kening, Soimah segera beranjak. Namun tangan Rara mencegahnya.

Rara : ma ? (Ucap Rara dengan wajah bersedihnya, satu bulir air mata sudah jatuh di pipi kanannya)

Soimah kembali duduk di samping Rara dan mengelus lembut rambut Rara

Soimah : mama minta maaf sayang, mama nggak bisa berbuat banyak.

Soimah mengecup kembali kening anaknya dan beranjak pergi.

Sementara di ruang tamu.
Gunawan masih memegang pipi dan ujung bibirnya yang perih. Sementara Irfan menatapnya sinis dan menlangkah mendekat.

Irfan : kamu sudah lancang gun.

Gunawan : saya minta maaf kalau menurut tuan saya salah (ucap Gunawan menunduk)

Irfan : jelas kamu salah, kamu sudah melewati batasan kamu (ucap Irfan sambil menunjuk ke arah Gunawan yang masih tertunduk lemah)

Irfan : saya membiarkan kamu berteman dengan anak saya, memberikan kamu kepercayaan untuk menjaganya. Tapi bukan memacarinya, kau pikir kau ini siapa? (Irfan menonyor kepala Gunawan dengan jari telunjuk kanannya)

Sementara Gunawan terus tertunduk

Irfan : kau tidak punya apa-apa, bagaimana putri kesayanganku akan hidup bersamamu. (Ucap Irfan dengan wajah merahnya)

Gunawan : tapi saya mencintai Rara tuan. Saya akan berjuang untuk membahagiakanya.

Irfan : cuiihh, (berlagak seperti membuang ludah) jangan munafik, memang cinta saja cukup untuk bertahan hidup?

Skak mat...... Kali ini, Gunawan sangat setuju dengan Irfan.

Irfan : aku susah payah membesarkannya, memberinya semua hal yang dia butuhkan. Dan sekarang kau harap aku akan menyerahkannya padamu, untuk hidup serba sederhana dan menderita? Sementara aku hidup dengan kemewahan? Ayah macam apa aku ini

Gunawan menelan ludah meski dengan posisi yang masih sama. Kali ini, Irfan memang benar, bahkan sangat benar.

Irfan : kau lihat, bahkan demi membelamu, dia berani membentak ku.

Irfan : jika kau memang mencintainya, seharusnya kau tinggalkan dia. Biarkan dia hidup dengan pria yang bisa memberikan dia segalanya.

Gunawan hanya bisa terus terdiam.

Irfan : mulai hari ini, kamu saya pecat. Saya akan cari sendiri sopir pribadi untuk anak saya. Jangan pernah berani injakkan kakimu ke rumah ini, dan jangan pernah temui anak saya lagi. Pergi..... (Ucap Irfan dengan mendorong tubuh Gunawan)

Gunawan tidak bisa berbuat apapun selain menurut, memang semua yang dikatakan Irfan benar. Rara yang terbiasa dengan kemewahan dari kecil, pasti akan sangat kesusahan untuk hidup sederhana dengannya. Dengan langkah lemahnya, dia pergi meninggalkan kediaman D'hakims.

Gunawan : Ay, maafin aku. Tapi papamu benar, aku jahat jika aku memaksamu hidup bersamaku. (Tanpa sadar Gunawan meneteskan air mata) percayalah, aku pergi karena aku mencintaimu.

Gunawan terus berjalan menuju arah rumahnya, meski dengan lemah.

--bersambung--

✨Yah, ceritanya sedih 😭

Jangan lupa vote, komen, dan share 🤗🤗😉😉💙💙❤️❤️✨✨

SETULUS CINTAKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang