✨Part 14✨
Hari semakin sore, sebentar lagi langit akan gelap. Namun Rara tidak kunjung keluar dari TPU. Gunawan risau, takut terjadi apa-apa pada nonanya itu.
Gunawan : nona kemana sih? Lama sekali. Lagi pula, dia mengunjungi siapa di sini? Bikin penasaran saja (batin Gunawan)
Gunawan : eh eh eh, apa-apaan sih gun. Kau dilarang penasaran sama dia, ingatttt dia itu setipe sama ayahmu. (batin Gunawan lagi)
Gunawan : tapi hari semakin larut dan dia tidak kunjung kembali. Jangan-jangan terjadi apa-apa sama dia. Mungkin dia pingsan? Haduhh, susulin nggak ya (batin Gunawan yang mulai khawatir)
Gunawan : eh, tapi kan dia sendiri yang nggak ngijinin aku untuk nyusul masuk kedalam. Jadi kalau ada apa-apa bukan salahku (batin Gunawan lagi)
Gunawan yang sedari tadi mondar-mandir tengah berperang dengan hati dan otak nya. Hatinya pengen dia ngusulin, khawatir, takut Rara kenapa-kenapa. Tapi otaknya bilang tidak, karena Rara nggak pantes dikhawatirkan. Akhirnya....
Gunawan : susulin aja lah, nanti kalau terjadi apa-apa sama dia, aku dipecat lagi. (kali ini keputusannya sudah final. Dia sih beralibi takut dipecat, padahal sebenernya takut Rara kenapa-kenapa)
Tepat setelah Gunawan mengambil langkah pertama untuk masuk TPU, saat itu juga Rara keluar.
Rara : gun, kau mau kemana ?
Gunawan : nggak kemana-mana nona.(Gunawan beralibi, dia terlalu gengsi untuk terlihat sebagai orang yang khawatir pada Rara) Apa nona sudah selesai?
Rara : sudah, ayo pulang.
Tidak ada yang mencurigakan dengan penampilan Rara saat ia kembali dari TPU. Bajunya masih rapi, rambutnya juga, matanya dan hidungnya tidak berwarna merah seperti baru menangis. Itu Karena Rara selalu merapikan penampilannya dulu sebelum keluar.
Gunawan : hah, sepertinya dia baik-baik saja (batinnya) woyyy gun, sadar..... Nggak boleh suka, ingat..... Kamu benci dia (batinnya lagi)
Mobil yang mereka tumpangi melaju menuju rumah keluarga D'hakims.
Sesampainya di rumah, Gunawan berpamitan dengan Rara dan kembali ke rumah sakit untuk mnemani Inul, ibunya.Gunawan kembali ke rumah sakit untuk menemani ibunya. Dia melihat ibunya telah tertidur lelap. Gunawan membaringkan tubuhnya di karpet yang ia bawa dari rumah sejak hari pertama ibunya di rawat. Belum sempat memejamkan mata, seorang suster memanggilnya.
Suster : mas, maaf, mas keluarganya Bu Inul ya?
Gunawan : iya mbak, saya anaknya kenapa ya?
Suster : kondisi Bu Inul sudah stabil, tapi besok masih ada pemeriksaan dari dokter. Jadi kemungkinan lusa Bu Inul sudah boleh pulang. Sebelum itu, mas tolong selesaikan sisa administrasinya dulu ya.
Gunawan : oh iya, terimakasih suster.
Suster : sama-sama.Setelahnya sang suster pamit undur diri dan pergi.
Gunawan terlihat berpikir, dia sebenarnya ragu-ragu kalau harus memakai uang tabungannya lagi. Tapi hanya itu uang yang dia punya, jadi dengan tegar dia berjalan ke tempat administrasi dan membayar uang perawatan Ibunya.
--keesokan harinya--
Rutinitas pagi seperti biasa masing-masing dilakukan oleh Gunawan dan juga Rara. Hari ini tidak ada jadwal kuliah bagi Rara, jadi sesuai perintah papanya kemarin, dia harus ke kantor untuk belajar banyak hal.
Irfan : kau mau ke kantor sama ayah atau sama sopirmu?
Rara : sama sopir Rara aja, nanti siang Rara harus pergi.
Irfan : kemana?
Rara : bukan urusan papa, Rara udah gede pa
Irfan hampir membuka mulutnya untuk bicara, sebelum akhirnya Soimah yang berbicara.
Soimah : hati-hati ya sayang, kalau mau pergi suruh sopirmu jagain kamu.
Rara : iya ma.
Setelah sarapan, Irfan, Rara, dan Soimah pergi ke tujuan masing-masing.
--bersambung--
Terimakasih para readers setia. Awalnya aku mau berhenti up di wattpad, biar di IG aja. Tapi aku bertahan karena ada kalian 😉🤗❤️💙
Jangan lupa vote, komen, dan share ya. Terimakasih 💙❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
SETULUS CINTAKU
RomanceMencintaimu adalah salah satu hal yang aku lakukan bukan untuk pencitraan. Jika mereka menyerangku, biarlah. Aku tetap di pihakmu. Jika mereka menyerangmu, kuatlah. Aku selalu di sampingmu. ((Penasaran? tungguin ya ))