25.

504 43 4
                                    

✨part 25✨

Gunawan meraih tangan Rara, mengusapnya dengan tangannya. Seolah sedang menyalurkan kekuatan.

Rara : papa tidak membiarkan aku ataupun mama memiliki kenangan tentang Ara. Dia memaksaku dan mama, hidup tanpa memperdulikan Ara. Kamu ingin tau apa alasannya?

Gunawan mengangguk sambil terus mengusap tangan Rara.

Rara : dia tidak ingin aku ataupun mama merasa sedih dan kehilangan ketika suatu hari Allah mengambil Ara. (Rara meneteskan air mata kembali)

Rara : dia membawa Ara sendiri pergi berobat, dia juga yang mengurus semua keperluan pemakaman Ara. Dia tidak berbagi kesedihannya gun (Rara kembali terisak)

Tangan Gunawan beralih memegang kedua pipi Rara, mengusap air matanya.

Rara : aku tau dia juga terluka, tapi dia terlalu keras kepala untuk mengakuinya. Dia paksa aku dan mama untuk sibuk, dia paksa dirinya juga. Papa lakukan itu agar tidak ada setetes pun air mata jatuh dari mata orang-orang yang dia sayang. Aku tau dia menyayangi kami, tapi aku tidak suka caranya

Kali ini, tangan Gunawan beralih memegang bahu Rara, mengusap-usapnya.

Rara : ah, sudah lah. Aku akan gila kalau cerita tentang semua ini. (Ucap Rara membalikkan badan, dan menatap kedepan)

Gunawan : Ra, kamu tidak salah.

(Ucap Gunawan setelah menurunkan tangannya, dan menatap lurus ke depan, seperti Rara)

Gunawan : kesedihan membantu kita merasakan nikmatnya kebahagiaan.
Rara hanya diam.

Gunawan : kesedihan juga bagian paling indah dari cara Allah menciptakan hati manusia. Bahwa ada rasa simpati di sana, ada rasa sayang, ada rasa takut kehilangan. Semuanya manusiawi.

Mereka masih pada posisi semula

Gunawan : tapi mungkin, apa yang dilakukan papamu terhadap keluarganya juga bagian terindah dari cara Allah memciptakan hatinya.

Kali ini, Rara menoleh ke arah wajah Gunawan. Sementara Gunawan masih memandang lurus kedepan.

Gunawan : dia tidak ingin melihat orang yang dia sayangi bersedih.

Karena dia sudah tau, bagaimana rasa sakitnya (Gunawan menghadap Rara, melihat ke sorot mata gadis itu)

Gunawan : papamu tidak sepenuhnya salah, meski aku tidak bisa bilang bahwa dia benar. Dia hanya sedang melindungi orang-orang yang dia sayangi. (Ucap Gunawan kembali menatap lurus kedepan)

Sementara Rara masih melihat ke arah wajah Gunawan

Gunawan : kalian hanya belum terbuka tentang perasaan kalian masing-masing. Bicaralah dengannya baik-baik.

Rara mengangguk sambil memutar badannya untuk kembali melihat ke depan, tidak ada pembelaan yang keluar dari mulutnya.

Gunawan : dan satu hal lagi, pulanglah. Jangan biarkan papa dan mamamu merasakan kehilangan untuk yang kedua kalinya. (Ucap Gunawan melihat ke arah wajah Rara)

Rara mengangguk lagi sambil pandangannya lurus kedepan.
Selang lama, hanya hening yang terjadi diantara mereka. Beberapa saat setelah tenang, Rara menoleh ke arah Gunawan.

Rara : terimakasih gun
Gunawan kaget dan memutar badannya kesamping, melihat ke arah Rara.

Gunawan : untuk apa? Karena aku sudah membantumu mengetahui isi hati papamu?

Rara menggeleng cepat.

Rara : bukan... (Rara menjeda ucapannya) tapi karena kamu sudah ada di sini, sudah datang dihidupkan. (Ucap Rara tersenyum tulus)

Gunawan membantin : Ra, sumpahhh.... Kalau kamu senyum kayak begini, cantik bangetttt.

Gunawan tersenyum ke arah Rara

Gunawan : terimakasihnya sama Allah yang sudah mempertemukan kita Ra.

Rara mengangguk cepat.

Gunawan : Ra, tapi soal Selfi? Dia siapa?

--bersambung--

Kira-kira Selfi siapa ya?

Ini aku up lagi untuk kalian semua. 💙❤️

Terimakasih supportnya ✨✨

Jangan lupa vote, komen, dan share

SETULUS CINTAKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang