4.

611 42 1
                                    

✨Part 4✨

Sambil nunggu kuliah Rara selesai (lama banget ya 😂) aku akan ajak kalian mengetahui tentang keluarga Gunawan.

--rumah gunawan--
Sesaat setelah Gunawan berangkat bekerja, Kakak Gunawan terbangun dari tidurnya. Ady melihat ibunya makan dengan tempe dan tahu saja, dia kesal dan menggebrak meja makan.
Ady : tahu tempe lagi? Ternyata kebahagiaanku hanya terjadi semalam.
Inul : jangan menggebrak meja ini, nanti rusak kau tak bisa ganti.
Ady : itulah ibu, sangat perhitungan kalau menyangkut tentangku.
Inul : cuci mukamu, adikmu sudah menyisakan ayam untuk sarapanmu.

Ady segera menyunggingkan senyum merekah dan berlari ke kamar mandi untuk mencuci muka. Segera ia kembali ke meja makan, mengambil nasi dan ayam goreng yang telah disiapkan Gunawan sebelumnya.
Ady : nah, ini baru enak.
Inul telah selesai makan sejak tadi, tapi ia tidak beranjak dari kursinya. Ia berniat menemani putranya itu untuk menghabiskan sarapannya.
Ady makan dengan sangat tergesa-gesa, seperti tidak makan setahun.
Inul : pelan-pelan Abang, nanti tersedak. Kau makan seperti sudah bertahun-tahun tidak makan saja.
Ady : memang benar kan Bu, sudah bertahun-tahun Ady tidak makan ayam. Kenapa ibu dulu tidak menurut saja dengan saran ayah. Pasti kalau begitu, aku masih bisa makan banyak makanan mewah di sana.
Inul : apa harga dirimu lebih rendah dari sepotong ayam Ady?
Ady : jangan munafik ibu, kita hidup butuh uang dan kekayaan. Kenapa masih selalu membicarakan tentang harga diri lagi dan lagi. Ibu hanya perlu duduk dan menyaksikan ayah di tv.
Inul : walau bersama wanita lain? Walau ayah tidak mau mengakui kalian sebagai anaknya?

Suasana di meja makan menjadi sangat panas. Selalu begitu, Ady selalu mengungkit-ungkit masa lalu, dia selalu menyalahkan ibunya, dia ingin ibunya menerima syarat ayahnya yang dulu diberikan.

Pembicaraan antara Inul dan Ady membuat inul kembali mengingat kejadian malam itu. Malam yang selalu menjadi mimpi buruk di kehidupannya.

Kala itu, Ady baru masuk SMP dan Gunawan baru kelas 4 SD.
Di rumah keluarga Muharjan (keluarga terkaya kedua di Indonesia 'amiin ya guys' 😉) , Ramzi pulang bekerja menggandeng tangan Dewi yang merupakan sekretarisnya. Mereka masuk ke rumah setelah lebih dari seharian menghabiskan waktu bersama. Inul yang membuka pintupun hanya bisa tersenyum getir menyaksikannya.

Dewi : sudah malam mas, aku akan pulang sekarang. Sepertinya istrimu itu siap menerkam ku, jadi aku harus pergi sebelum amarahnya memuncak.
Ramzi : bailah sayang, biar pak Jarwo (supir pribadi Ramzi) yang mengantarkanmu.
Dewi : oke, terimakasih untuk tasnya mas. Aku sangat suka.
Ramzi : sama-sama sayang, hati-hati dijalan. Pak Jarwo, jangan sampai dia lecet sedikitpun.
Dewi mencium punggung tangan Ramzi dan Ramzi mencium kening Dewi. Adegan ini disaksikan oleh Inul, istri sah Ramzi.

Sesaat setelah Dewi pergi, Inul memutuskan untuk bicara pada suaminya tentang semua rasa resah yang telah ia pendam selama ini.
Inul : mas, jika kau tak mencintaiku, kenapa kita harus sampai punya dua anak mas.
Ramzi : papa dan mamaku yang meminta cucu darimu. Tapi sekarang mereka sudah tiada, jadi kalian sudah tidak berguna lagi untukku.
Inul : kau boleh tidak mencintaiku mas, tapi tolong sayangi Ady dan gunawan. Mereka anakmu, mereka butuh ayah mereka.
Ramzi : aku sudah memberikan mereka uang yang banyak setiap bulannya.
Inul : kebahagiaan bukan tentang uang mas.
Ramzi : cukup Inul, aku capek, setiap aku pulang kau hanya akan mengajakku berdebat. Aku mau istirahat.

Setelah mengatakannya, Ramzi pergi ke kamarnya dan Inul pun segera menyusul dibelakangnya.

--bersambung--

Terus gimana lagi ya? Belum terjawab nih pertanyaannya, kenapa bisa sekarang Gunawan hanya tinggal bertiga bersama ibu dan abangnya, siapa yang bisa nebak?

SETULUS CINTAKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang