11.

489 40 1
                                    

✨part 11✨

Pagi hari yang cerah. Hari ini adalah hari pertama Rara pergi ke kampusnya yang di Indonesia. Sekaligus hari pertama Gunawan bekerja sebagai supir pribadi Rara. Gunawan sudah sampai di rumah Rara dan sudah membersihkan mobil yang akan dia bawa mengantarkan nona manisnya. Seperti kemarin, puluhan wartawan sudah menunggu di depan gerbang. Seorang satpam mengajak Gunawan sarapan bersama sebelum memulai bekerja.

Satpam : mas Gunawan baru kan? Kalau kerja di sini, kita harus sarapan dulu dibelakang. Barengan sama yang lainnya.
Gunawan : oh ya pak, saya belum tau.
Satpam : panggil saja mang Ujang. Mari pergi sama saya.

Mang Ujang dan Gunawan pergi ke belakang untuk sarapan bersama banyak asisten rumah tangga dan tukang kebun lainnya.

Sementara itu, Rara baru turun dan mendapati orang tuanya sudah duduk di ruang makan.

Rara : tumben... (Gumamnya)
Soimah : selamat pagi sayang.
Rara : selamat pagi mah, papa tumben belum kerja.
Irfan : papa sengaja menunggumu. Tapi maaf ya, kami tidak bisa mengantarmu. Supirmu kan mengundurkan diri kemarin, nanti naik taksi online dulu ya.
Rara : tidak perlu, Rara sudah mendapat ganti orang yang akan menjadi supir Rara.
Irfan : siapa? Kenapa kamu mengambil keputusan tanpa persetujuan papa?

Selalu begitu, Irfan terlalu mengekang anaknya. Keluarga ini tidak penuh dengan kehangatan, hanya penuh dengan peraturan yang mengekang.

Rara : sudahlah pa, Rara bukan anak kecil lagi. Rara tau apa yang terbaik untuk Rara.
Irfan : bagaimana latar belakangnya? Dia orang baik bukan? Papa bisa percaya kalau dia akan menjagamu dengan baik?
Soimah : sudahlah pa, jangan debat terus. Ini masih pagi, nggak enak didengarkan para asisten.
Wah, Rara berhasil meyakinkan ayahnya nggak ya?
Rara : dia mengembalikan hpku yang tertinggal di jok penumpang ketika aku naik taksi onlinenya. Dia mengejar ku hanya untuk mengembalikannya, apa fakta ini cukup meyakinkan papa?
Irfan : baiklah, tapi dia masih pada masa percobaa.
Rara : terserah...... (Kembali memakan rotinya)

Semua pekerja yang sarapan dibelakang mendengar hal itu.

Mang Ujang : kasihan non Rara.
Mbok Sarni (assisten rumah tangga yang senior) : sudah lah mang, kita hanya bisa membantu dengan terus berada disisinya.
Gunawan : memang apa yang perlu dikasihani? Bukankah dia punya harta, popularitas, dan keluarga yang lengkap?

Mbak Sri hampir membuka mulutnya untuk bicara, tapi mbok Sarni memberi kode untuk tidak mengatakan apapun.

Mbok Sarni : lama kelamaan kau akan paham gun. Sesuatu harus dirasa dengan hati, bukan dipikirkan oleh otak. Hati-hati dan jaga non Rara ya, dia gadis yang baik.
Gunawan : baik, iya mbok.

Gunawan sudah selesai sarapan lebih dulu daripada Rara. Segera dia kembali kedepan melewati pintu samping. Dia memutuskan menunggu Rara di depan.

Sementara Rara baru saja selesai sarapan, dia pamit dan mencium punggung tangan orang tuanya, mengambil buku-buku di meja makan dan membawanya di pangkuan tangan kiri.

Irfan : sebelum kau pergi, ingat.... Besok mulai masuk kantor jika kamu tidak ada jadwal kuliah.
Rara : itu terlalu mendadak papa
Irfan : jangan membangkang

Setelah mendengarnya, Rara pergi berlari ke depan, namun larinya sambil menghadap kebelakang dan berteriak.

Rara : Rara nggak suka di atur (teriaknya cukup pelan, takut wartawan di depan mendengarnya)

Bersamaan dengan selesainya teriakan itu, Rara menabrak tubuh seseorang yang tepat berada di depan pintu.

--bersambung--

Siapa yang ditabrak Rara ya?

Untuk kedepannya, misteri keluarga Rara akan memenuhi kisah cerita ini. Kalian maunya barengan sama yang uwuw-uwuw nggak? 😉😉

Jangan lupa vote dan komen ya.

SETULUS CINTAKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang