✨part 47✨
Keesokan harinya, dirumah Rara sudah ramai. Semua dekor sudah tertata rapi, padahal acaranya masih nanti malam. Rara tidak boleh keluar rumah, dan kaeena dia tidak mau ditanya yang tidak-tidak, dia memilih duduk bersender di ranjangnya. Tak lupa dia mengunci pintu kamar.
Rara : Bee.... aku nggak bisa kabur,banyak orang di luar. Tapi aku nggak mau terikat sama orang lain (Rara menangis)
Rara mengambil ponsel, bersiap menelfon Gunawan.
Sementara Gunawan sudah disibukkan dengan pekerjaan bengkelnya. Saking sibuknya, dia tidak sempat membaca undangan yang dia terima semalam. Saat sedang istirahat sarapan, tiba-tiba ponselnya berdering.
Kring kring
Gunawan tersenyum begitu mengetahui siapa yang menelponnya, segera dia mengangkat telfon itu.
Gunawan : assalamualaikum Ay.
Tidak ada jawaban dari Rara.
Gunawan : Ay, kamu di sana kan? Kok nggak jawab salam aku.
Masih tidak ada jawaban dari Rara.
Gunawan : Ay, kamu gpp kan?
Akhirnya Rara membuka suaranya, meskipun terdengar serak.
Rara : waalaikumsalam Bee....
Gunawan : kok suara kamu serak, habis nangis ya?
Rara : enggak, mungkin kecapekan, kan kemarin kita seharian jalan-jalan.
Gunawan : oh, kenapa nelfon?
Rara : nggak boleh ya? Ya udah....
Gunawan : eh eh.... Enggak gitu, aku heran aja, biasanya kamu pagi gini sibuk persiapan kuliah.
Rara : gak, aku nggak kuliah hari ini.
Gunawan : kenapa??
Rara : gpp
Gunawan : kamu kenapa sih Ay? Aneh...
Rara : kangen (bersamaan dengan itu, air mata Rara kembali menetes, segera ia menutup mulutnya, takut Gunawan menyadari suara isakannya di sebrang sana)
Gunawan : Ay.. kamu beneran gpp kan?
Tidak ada jawaban dari Rara, dia masih kesulitan menyembunyikan isakannya.
Gunawan : udah dulu ya Ay, itu ada pelanggan. Kamu baik-baik ya, nanti kita bisa ketemu lagi. Aku juga kangen kamu, aku sayang kamu.
Assalamualaikum
Dengan samar Rara menjawab salam Gunawan.
Rara : waalaikumsalam.
Hari sudah sore, Gunawan pulang ke rumahnya. Dia membersihkan diri dan membaca undangan yang dia terima semalam. Hal pertama yang ia baca adalah waktu pelaksanaan.
Gunawan : oh, jam 8 malam. Untung masih keburu, tapi ini undangan apa sih?
Gunawan membaca perihal.
Gunawan : oh, tunangan. Siapa?
Matanya beralih ke lembar undangan yang lain. Tertulis lengkap di sana, nama kedua calon tunangan. Mata Gunawan terbelalak.
Gunawan : hah???? Ini nggak mungkin kan?
Gunawan memeriksa kembali, dia mulai dari depan, nama tamu undangan. Dan benar saja, tertulis disana undangan itu untuk Gunawan. Dia cek lokasi, dan benar saja, lokasi itu di rumah Rara.
Gunawan hampir saja mengumpat, tetapi ia mengingat percakapannya dengan Selfi dan Rara kemarin siang.
Gunawan : mungkin sebaiknya aku datang dan pastikan sendiri. Tapi kalau memang ini benar, kenapa kamu nggak bilang sama aku Ay?
Gunawan mengacak rambutnya frustasi
Gunawan : aku harus datang dan lihat sendiri. Tapi siapa yang mengundangku? Rara tidak bicara apapun soal ini.
Gunawan segera beranjak dan bersiap pergi.
--sementara, di rumah D'hakims--
Rara sudah makeup dan duduk di depan cermin riasnya.
Rara : huhft, semoga tunangannya batal. Kalaupun jadi, sampai tunangan aja lah.
Soimah berjalan masuk ke kamar Rara. Dia berdiri dari belakang Rara, membalikkan badan anaknya itu. Kemudian Soimah berjongkok, menyamakan tingginya dengan Rara yang duduk.
Soimah : kamu yakin nak?
Rara : Rara nggak tau mah.
Soimah : kalau kamu mau batalin, mamah akan belain kamu.
Rara : tapi nanti papa marah sama mama, Rara nggak mau ada pertengkaran lagi di rumah ini.
Soimah : tapi mama nggak mau kamu ngorbanin diri kamu kayak gini sayang... (Ucap Soimah sambil mengelus sayang kepala Rara)
Rara menggenggam kedua tangan Soimah.
Rara : mah, biarkan ini dulu. Tunangan nggak mesti nikah. Rara mau buktiin sama papa kalau bang Ady itu nggak baik, tapi nggak bisa dalam waktu dekat.
Soimah menatap mata anaknya.
Rara : Rara mau mama percaya sama Rara.
Soimah mengangguk mantap.
Soimah : ya sudah, ayo kita keluar.
Rara mengagguk, mereka berjalan ke luar kamar menuju taman di belakang rumah.
--bersambung--
✨Jangan lupa vote, komen, dan share ya 🤗🤗😉😉💙💙❤️❤️✨✨
KAMU SEDANG MEMBACA
SETULUS CINTAKU
RomanceMencintaimu adalah salah satu hal yang aku lakukan bukan untuk pencitraan. Jika mereka menyerangku, biarlah. Aku tetap di pihakmu. Jika mereka menyerangmu, kuatlah. Aku selalu di sampingmu. ((Penasaran? tungguin ya ))