✨part 23✨
Sementara Rara hanyut dalam suasana sedihnya, Gunawan mendapatkan telfon dari Soimah.
Gunawan : assalamualaikum nyonya, ada yang bisa saya bantu?
Soimah : gun, kau sedang bersama Rara kan? Kalian di mana?
Gunawan : gimana ini, Rara memintaku untuk merahasiakannya (batin Gunawan)
Merasa tidak ada jawaban, Soimah kembali bertanya.
Soimah : gun, kau dimana? Segera bawa Rara ke rumah sakit sejahtera, suami saya dilarikan ke sana karena tadi pingsan di kantor. Cepat ya gun, saya masih shuting satu scene lagi.
Gunawan : astagfirullah, baik nyonya.
Soimah langsung mematikan telfonnya.Setelah menerima telfon, Gunawan dibuat dilema.
Gunawan : bagaimana ini, Rara melarangku menyusulnya, tapi tuan sendirian di rumah sakit. (Gunawan menjeda ucapannya, dia nampak berfikir lama sambil mondar-mandir di samping mobil) ahhhhh, bodo amat, aku bisa dipecat nyonya kalau aku tidak segera membawa Rara ke rumah sakit.
Gunawan segera masuk menyusul Rara ke TPU.
Di TPU, Gunawan mencari keberadaan Rara ke sana dan kemari. Hingga ia melihat seorang gadis dengan baju Rara sedang terisak dan menelungkupkan kepala pada kedua tangannya.
Gunawan : apa itu Rara ?
Dengan ragu-ragu Rara mendekat dan menepuk pundak Rara. Rara menoleh, matanya sembam, hidungnya masih merah, bekas airmata masih ada di pipinya. Setelah melihat Gunawan, dia bergegas bangun sambil merapikan penampilannya, menghapus jejak air matanya. Sedang Gunawan dibuat kaget oleh penampilan Rara, baru kali ini dia lihat sisi rapuh gadis itu, walau hanya sedikit.
Gunawan : maaf Rara, aku tidak bermaksud (ucap Gunawan ragu-ragu)
Rara : tidak apa, kenapa kau menyusulku?
Gunawan : tuan Irfan dilarikan ke rumah sakit, tadi dia pingsan di kantornya.
Rara terbelalak kaget dibuatnya.
Rara : hah, Ya Allah. Papah pasti terlalu sibuk. Ayo segera pergi gun. (Rara telah melenggang pergi dari makam itu)
Sementara Rara telah berjalan setengah berlari meninggalkan makam, Gunawan membaca nama yang tertera di nisan itu.
Gunawan : Mutiara Ramadhani. Namanya mirip Rara, tapi nggak ada kata hakim. Siapa dia?
Sementara dari kejauhan Rara kaget ketika Gunawan masih berdiri di samping makam itu.
Rara : gun, kau sedang apa? Ayo pergi (teriak Rara)
Gunawan mengangguk dan segera berlari menyusul Rara. Kemudian mereka segera pergi ke rumah sakit.
Gunawan dan Rara sampai di rumah sakit, terlihat beberapa wartawan ada di depan RS. Mereka tidak perduli dan langsung menyerobot masuk ke RS. Mereka bertanya pada reseptionis tentang ruang rawat Irfan Hakim dan segera pergi ke ruang yang telah ditunjukkan.Ruangan VVIP, dengan sofa, tv, dan brangkar yang terpisah dari ruang sofa. Beda jauh dengan ruang rawat ibu Gunawan yang hanya ruang kelas 3. Sementara Rara masuk, Gunawan memutuskan menunggu di depan ruangan, dia ingin memberi ruang untuk Rara dan papanya.
Terlihat Irfan sudah siuman dan duduk dengan bersender di atas brangkar. Irfan melihat Rara datang.
Irfan : akhirnya kau ingat bahwa kau masih punya papa. (Ucap Irfan dengan tegas)
Rara tidak komentar, dan memilih duduk di kursi samping brangkar.
Irfan : papa bisa tebak kau pasti dari makam itu.
Rara hanya menunduk.
Irfan : Ra, papa nggak mau kamu atau mama merasa sedih.
Rara semakin menunduk, dia mencoba menyembunyikan matanya yang sudah berkaca-kaca.
Irfan : kau lihat, baru 4 hari kau pergi dari rumah. Tapi papa akhirnya sakit karena memikirkanmu.
Rara : maaf pa (mata Rara semakin terasa pedih)
Irfan : hanya karena kamu egois mempersilahkan rasa sedih tentang kehilangannya masuk dihatimu, akhirnya kau membuat rasa sedih yang lain muncul kan. Lihat, sekarang kau bersedih karena papa terbaring di sini.
Tess.... Butiran pertama telah berhasil lolos dari mata Rara, disusul oleh butiran air mata lainnya.
Irfan : dan papa juga yakin, pasti mama sedang memikirkan papa walau dia tidak disini. Lihat, sekarang keegoisanmu menciptakan banyak kesedihan lainnya Ra.
Rara semakin sesenggukan.
--bersambung--
Hahaha, makin penasaran kan? Nantikan kisah selanjutnya. 😉
Terimakasih untuk support yang tiada henti dari kalian 🤗🤗
Jangan lupa vote, komen, dan share ya 🤗😉💙❤️✨
KAMU SEDANG MEMBACA
SETULUS CINTAKU
RomanceMencintaimu adalah salah satu hal yang aku lakukan bukan untuk pencitraan. Jika mereka menyerangku, biarlah. Aku tetap di pihakmu. Jika mereka menyerangmu, kuatlah. Aku selalu di sampingmu. ((Penasaran? tungguin ya ))