Keserakahan adalah sumber kehancuran.
-Leader Girl-💢💢💢
"Kenzi?" lirihnya.
Kenzi kelabakan sendiri, ia bingung harus apa, pasalnya tubuhnya terhempas tepat pada dekapan Dirga. Ia tak bisa mengeluarkan suara, ia tak yakin jika Dirga tak akan mengenali suaranya.
Dirga masih menunggu jawaban dari gadis yang berada didekapnya. Ia belum yakin seratus persen jika itu adalah Kenzi, tapi entah mengapa aroma dan matanya mirip sekali dengan kekasihnya.
Netra hazel milik Kenzi bergerak kesana-kemari, ia melihat Dila yang berada tak jauh darinya. Ia memberi isyarat kepada Dila lewat tatapan mata serta tangannya. Dila yang paham akan maksud Kenzi pun, lantas menghampiri mereka lalu menendang tubuh Dirga hingga lelaki itu melepaskan seseorang bermasker tersebut.
Kenzi tersenyum tipis dibalik maskernya lalu berlari menyelinap di antara remaja yang saling pukul. Sebelum itu, ia sempat membisikkan terimakasih kepada Dila dan kemudian melangkah menjauh.
Dirga mengedarkan pandangannya, ia tak menemukan gadis berambut hitam dengan kucir kuda tersebut, yang ia temukan adalah gadis berambut pirang. Dirga berlarian mencari keberadaan sosok tadi. Namun, nihil ia tak menemukannya, sampai pada akhirnya salah satu anggota mereka berteriak bahwa para polisi sudah berjalan ke arah mereka.
Para remaja itu langsung berlarian tunggang langgang menuju kendaraannya masing-masing kemudian memacunya dengan kecepatan penuh. Mereka berusaha menghindar kejaran polisi, tak terkecuali para anggota inti. Lagi pula siapa yang mau berurusan dengan polisi? Tentu tidak ada yang mau, tapi herannya mereka masih saja melakukan tawuran.
Kenzi dan teman-temannya sudah sampai di markas stiflers, ia membanting tubuhnya pada sofa yang ada di ruangan itu. Riky menghampiri adik sepupunya tersebut lalu mengusap rambutnya pelan.
"Gue tau lo kesel, lo marah, tapi lo juga takut akan kehilangan kepercayaan." Riky berujar kepada Kenzi.
Gadis yang duduk di sofa tersebut melepaskan masker yang melekat pada wajahnya, lalu membuang nafasnya pelan. Kenzi juga melepaskan ikatan rambutnya sehingga membuat rambutnya tergerai bebas dan menampilkan warna ombre pada surai panjang yang indah miliknya.
"Apa gue salah Bang? Di satu sisi gue marah karena Dirga sama anak buahnya nyelakai Fariz, tapi di sisi lain gue juga gak mau ngelakuin ini semua. Gue terlalu takut buat kehilangan kepercayaan mereka semua." Mata Kenzi menatap lurus, memperhatikan orang-orang yang tengah mengobati luka-lukanya.
Rasanya ia terlalu bodoh tentang semua ini. Ia terlalu terbawa perasaan oleh Dirga, hatinya seolah-olah mengalahkan pemikirannya, ia terlalu takut untuk kehilangan semuanya. Kenzi benci akan kehilangan, ia berbuat seperti ini hanya agar dirinya tak mengalami kehilangan lagi, entah kepercayaan, cinta, ataupun persahabatan.
"Lo salah karena lo serakah, lo tau kehancuran manusia itu apa? Rasa serakah, dan itu ada pada diri lo. Lo serakah akan semuanya, jabatan, cinta, dan kepercayaan. Lo jadi anggota inti vanom, tapi lo juga jadi ketua stiflers. Gue harap lo bisa ngerti apa yang gue omongin, dan rahasia lo gak akan bisa disembunyikan lebih lama lagi, satu persatu pasti akan kebongkar." Riky mengusap perlahan surai panjang milik adiknya seraya tersenyum tipis padanya.
Sebenarnya ia juga kecewa pada apa yang telah Kenzi lakukan, apalagi saat Kenzi ketahuan menjadi salah satu anggota vanom. Akan tetapi, setelah mendengarkan penjelasan dari Kenzi dan Dila, akhirnya dirinya memaafkannya meski ada sedikit kekhawatiran di lubuk hatinya, ia takut jika Kenzi akan ada di posisi yang sulit seperti sekarang ini. Namun, ia tetap mendukung Kenzi, karena ini adalah pilihannya dan ini adalah tanggung jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leader Girl (END)
Teen FictionTentang sebuah kisah yang melibatkan banyak hati dan perasaan, tentang lingkaran takdir yang selalu membelenggu manusia. Tentang permainan takdir yang entah bagaimana maunya. Tentang misteri takdir yang selalu mengikat manusia, bagaimana tuhan menja...