Tangan Vanda masih bertengger manis di pundak Dirga. Mulai mengusap pundak laki-laki itu dengan lembut, mulutnya tak henti-hentinya untuk mengucapkan kalimat sabar tentang hubungan cinta Dirga dengan sang sahabat.
Keempat teman Dirga pun ikut menemani dua orang itu di atas rooftop, hanya terjadi keheningan diantara mereka. Tak ada yang berani mengungkapkan sepatah katapun, takut jika Dirga akan terusik dengan kata-kata mereka.
Namun, tidak dengan Bagas, lelaki itu hendak menanyakan banyak hal kepada sahabatnya ini, tetapi dihalangi oleh Rangga dan juga Satrio yang kompak membekap mulutnya.
Merasa kesal pada dua sahabatnya ini akhirnya Bagas pun menginjak kaki Satrio dan menendang perut Rangga agar bisa terbebas dari bekapan dua orang tersebut. Berhasil dengan rencananya, Bagas lantas tak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk berlari ke arah Dirga dan menanyakan semuanya.
Rangga dan Satrio hanya menghembuskan nafas kasar saat Bagas sudah mendekati Dirga, mereka memilih diam daripada harus terkena batunya karena tingkah Bagas.
Vanda membulatkan matanya saat tiba-tiba Bagas datang dan langsung menyerobot tempat duduknya di samping Dirga.
"Eh sorry, tapi gue pengen ngomong sama temen gue," ucap Bagas dengan santainya seakan Vanda hanyalah penghalang mereka.
Vanda hanya mendengus kesal lalu bangkit dan berjalan mencari tempat duduk di sisi yang lain.
Rangga dan Aldo hanya terkekeh geli melihat wajah masam Vanda, bukan tanpa alasan mereka menertawakan Vanda. Sebenarnya mereka juga sedikit terusik dengan kehadiran Vanda ditengah-tengah mereka.
Walaupun Rangga adalah tetangga dan teman Vanda, tetapi jujur ia tidak terlalu menyukai gadis itu. Baginya dia terkadang tak sadar diri dengan posisinya yang hanya sebatas teman masa lalu, tatapi selalu mencari perhatian dari Dirga.
"Dir! Lo kenapa sih putus sama Kenzi? Padahal kalian itu cocok banget, niat gue kalian itu mau gue nikahin biar gak ada kata putus, eh ternyata malah udah putus duluan," cerocos Bagas panjang lebar.
Dirga hanya menoleh sekilas lalu memandangnya dingin, "Bisa diem?"
Bagas langsung dibuat kicep dengan kata dingin yang terlontar dari mulut sahabatnya ini.
Merasa malas berada di situ, Dirga pun memutuskan untuk pergi meninggalkan rooftop.
"Yah 'kan pergi, lo sih Gas!" ketus Rangga kemudian berlari menyusul Dirga.
"Makannya kalo suruh diem tu diem aja," ucap Aldo sebelum akhirnya ikut berlari mengejar kedua temannya.
Bagas menatap Satrio, "Gak ikut marahin gue?''
Satrio bangkit dari duduknya lalu menatap wajah Bagas sekilas, "Gak ada gunanya gue marahin lo, karena lo tetep gak akan berubah 'kan?" ujarnya lalu meninggalkan rooftop dengan santainya.
"Yahh kok gue ditinggalin sih!" pekik Bagas lalu ikut berlari turun.
Vanda hanya tersenyum tipis melihat kejadian barusan, ternyata rencananya berhasil juga. Mengikat seseorang menggunakan janjinya adalah jalan yang terbaik.
Flashback
"Kenapa lo nyuruh gue ke sini? Gak ada masalah 'kan?" tanya Kenzi setelah melewati pintu rooftop seraya berjalan ke arah Vanda.
Vanda yang awalnya memandang lurus ke arah lapangan dari atas rooftop kini menoleh ke arah Kenzi yang berdiri di sampingnya.
Vanda dibuat terkejut karena bukan hanya Kenzi yang datang melainkan juga Cakra. Benaknya selalu bertanya-tanya sejak kapan laki-laki itu bersekolah di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leader Girl (END)
Teen FictionTentang sebuah kisah yang melibatkan banyak hati dan perasaan, tentang lingkaran takdir yang selalu membelenggu manusia. Tentang permainan takdir yang entah bagaimana maunya. Tentang misteri takdir yang selalu mengikat manusia, bagaimana tuhan menja...