Enam gadis berjalan bersamaan dengan canda tawa yang mengiringi mereka. Bahagia? Jelas, senyum sedangkan yang lain langsung duduk di sana.
"Ngomong-ngomong, lo kemana aja sih? Tau enggak, gue pusing nyariin lo kemana-mana bego!" ketus Kenzi dengan tangan yang memukul bahu Vanda.
"Sakit ogeb! Ya maaf, gue pulang kerumah Opa sama Oma dan belum sempet ngabarin kalian, you know lah gue kalo sama mereka gak boleh pegang hp bangsat," cetus Vanda dengan menatap kesal Kenzi.
"Gue heran sama Opa Oma lo, kok bisa gitu gak bolehin lo pegang hp," kata Dila dengan menatapnya heran.
"Dunno, gue juga gak habis pikir sama mereka." Vanda memutar bola matanya malas dengan mencebikkan bibirnya.
Beberapa saat terjadi keheningan diantara mereka, hingga Ana dan Hikari datang dengan nampan berisi makanan yang ada ditangannya, dibantu dengan ibu-ibu kantin yang membawakan minumannya.
Mereka memakannya dengan khidmat, tapi itu hanya bertahan beberapa saat karena dengan isengnya Dila sengaja mengambil minuman milik Hikari dan membuat gadis itu memekik kesal.
"Eh! Punya gue anying!" pekik Hikari.
"Alah udah terlanjur," balas Dila acuh.
Sibuk berdebat, mereka tak menyadari jika ada seseorang yang berdiri di belakang Kenzi dan juga Dila.
Tawa Vanda dan Ana langsung senyap saat menyadari ada seseorang dibelakang Kenzi. Ia menunjuk kearah belakang, Kenzi hanya menautkan kedua alisnya bingung kemudian saat menoleh Kenzi dibuat kaget bukan kepalang karena tiba-tiba ada seseorang yang berdiri dibelakang mereka.
"Setan!" ketus Dila dan Kenzi bersamaan.
"Tumben kompak," balas Rangga lalu mengambil bangku di samping Dila dan mendudukinya.
Begitupun dengan Dirga ia memilih duduk di samping gadisnya kemudian langsung menyerobot minuman Kenzi.
Kenzi menatap sengit lalu melayangkan pukulan tepat pada pundak pemuda di sampingnya.
"Kebiasaan!" ketusnya sedangkan sang pelaku hanya mengangkat bahu tak acuh.
Vanda menatap mereka bingung dengan dua orang yang baru saja menghampiri meja mereka. Ana yang menyadari kebingungan Vanda lantas mengatakan siapa dua orang itu.
"Pasti lo bingung ya, kenalin dia Dirga cowoknya Kenzi, terus itu Rangga cowoknya Dila," ujar Ana dengan menunjuk dua laki-laki didepannya.
Vanda manggut-manggut saja, akan tetapi ada sesuatu yang sedikit menyayat hatinya lagi. Kenapa lagi-lagi gadis itu lebih beruntung daripada dia?
"Kalo Rangga gue udah kenal, dia tetangga gue yang sering maling mangga," ketus Vanda dengan menatap sengit Rangga.
"Yee, itu 'kan udah lama," balasnya dengan cengiran diwajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leader Girl (END)
Teen FictionTentang sebuah kisah yang melibatkan banyak hati dan perasaan, tentang lingkaran takdir yang selalu membelenggu manusia. Tentang permainan takdir yang entah bagaimana maunya. Tentang misteri takdir yang selalu mengikat manusia, bagaimana tuhan menja...