23. Bintang

11.9K 1K 29
                                    

"karena saat kita menyatu kita akan menjadi bintang yang sangat indah."

Kenzi melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata, hari ini ia sungguh bahagia karena tadi sahabatnya yang telah lama menghilangkan dan tak diketahui kabarnya, hari ini mengabari Kenzi bahwa dia baik-baik saja dan akan segera kembali.

Seolah kembali mendapatkan cahaya cerah, sebentar lagi hidupnya akan semakin lengkap. Sahabatnya akan berkumpul lagi, ia tak sabar menantikan hari itu dimana semuanya akan berkumpul lagi seperti dulu, meski kini Rya sudah tak ada di sisi mereka.

Belum mencapai rumah Kenzi memberhentikan motornya di samping jembatan, ia melihat sosok sedang berdiri di pembatasan jembatan. Motor itu, ya Kenzi sangat familiar dengan motor itu.

"Ngapain di sini?" tanya Kenzi sembari menghampiri orang tersebut, ia menoleh dan langsung menjewer telinga Kenzi.

Kenzi mengaduh kesakitan, tapi emang dasarnya pacar laknat. Bukannya melepaskan tangannya dari telinga Kenzi, ia malah menyemprotnya dengan kata-kata, "Dari mana aja lo, ha? Enak ya main ngilang-ngilang gitu aja gak ngomong-ngomong! Gak tau apa gue panik setengah mati!" semprotnya begitu mengetahui Kenzi berada di sampingnya.

"A-auw, sakit bege! Ya sorry gue lupa," balasnya dengan muka ditekuk.

Dirga melepaskan jewerannya, ia menatap Kenzi gemas. Bibir yang dimajukan, pipi yang menggembung, dan mata yang menatap wajah kesal membuat Dirga ingin mengarungi Kenzi dan membawanya ke KUA agar tak ada yang berani merebutnya.

Sangking gemasnya Dirga mencubit pipi Kenzi yang menggembung dan membuat sang empu kembali mengaduh kesakitan.

"Sakit ... Dirga! Merah tau!" ketusnya membuat Dirga terkekeh.

Ini yang ia sukai wajah kesal Kenzi selalu membuatnya bahagia. Memang terdengar jahat, tapi ia benar-benar menyukai wajah kesal kekasihnya ini.

Tanpa menjawab perkataan Kenzi, Dirga malah mencium pipi Kenzi dan membuat tubuh Kenzi menegang. Ia menunduk malu, hanya perlakuan kecil dari Dirga dapat membuatnya baper sendiri.

"Iya maaf, udah gak sakit kan?" tanyanya dengan lembut dan membuat pipi Kenzi memanas. Sepertinya jika harus berlama-lama dengan Dirga terus maka ia bisa-bisa pingsan karena detak jantungnya berdegup kencang.

Dirga kembali terkekeh melihat rona merah di wajah Kenzi, "Ikut gue sekarang!" Baru saja bersikap manis, sekarang malah berubahnya menjadi ketus lagi.

Kenzi ragu apakah cowok di depannya mempunyai kepribadian ganda hingga bisa membuat sikap dan sifatnya berubah dalam kurun waktu yang dekat.

Ia mendesah kesal ketika Dirga lagi-lagi menyuruhnya dengan seenak jidat, ia tak sadar apa jika Kenzi masih menggunakan seragam sekolahnya!

"Mata lo katarak?! Gak liat apa kalau gue masih pakek baju sekolah!" ketusnya, kali ini wajahnya berubah menjadi masam.

Dirga meneliti penampilan cewek itu dan benar saja, ternya dia masih menggunakan seragam sekolahnya tanpa balutan jaket, sweater, ataupun cardigan yang sering digunakan oleh cewek-cewek untuk menghangatkan tubuh.

Lantas Dirga melepaskan jaket yang ia gunakan dan memakaikannya di tubuh Kenzi. Ia cukup peka kalau saat ini Kenzi sedang kedinginan karena angin malam.

Setelah itu ia menarik gadisnya menuju motor yang terparkir di samping jalan. Dirga menaiki motornya dan menggunakan helmnya. Namun, berbeda dengan Kenzi, ia malah menatap Dirga bingung.

"Kenapa bengong? Buruan naik!" titahnya.

"Gue kan bawa motor," ucapnya dengan polos.

Dirga menepuk jidatnya, ia lupa jika tadi Kenzi menggunakan Kendaraan. Ia pun berfikir sebentar kemudian mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan pada seseorang.

Leader Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang