•||Hanya raganya yang pergi, tetapi tidak dengan kenangannya||•
Setelah selesai dengan kegiatan menanam pohon, mereka semua di bebaskan untuk berjalan sebelum waktunya untuk pulang nanti.
Tentu saja hal tersebut di sambut antusias oleh para murid. Mereka semua lantas berhamburan menyusuri tempat itu. Ada yang sekedar berfoto-foto ria dan tak sedikit pula yang memang benar-benar ingin mengenal alam dan menghirup udara segar.
Kenzi juga ingin sekali berjalan-jalan seperti yang lain, tetapi karena sahabat-sahabatnya ia tidak bisa keluar dari tenda. Bahkan mereka bergantian menjaga Kenzi agar gadis itu tak kabur.
"Ana ... gue udah baikan, gue pengen keluar juga," pinta Kenzi pada sahabatnya yang tengah fokus pada yupi miliknya.
"Gak! Gak boleh, nanti yang ada gue kena omel Lya kalo bolehin lo keluar," tolak Ana dengan tegas.
Kenzi hanya mendengus lalu kembali berbaring seraya bermain ponselnya. Ketika sedang asik dengan sosmednya, Ana tiba-tiba bangkit dan hal itu membuatnya menatap bingung.
"Gue keluar dulu mau nyariin yang lain, Lo disini aja siap-siap kita pulang bentar lagi," ujar Ana dengan raut wajah yang terlihat cemas.
Belum sempat Kenzi bertanya ada apa gadis itu sudah berlari meninggalkannya sendirian di dalam tenda. Tak mau berpikir macam-macam ia pun langsung membereskan semua barang-barangnya tak terkecuali milik teman-temannya yang lain.
Tak lama berselang kini Ana sudah kembali dengan ke empat temannya yang lain. Hikari dan Dila datang dengan tas yang berada di gendongan mereka.
"Gue udah beresin semua, emang ada apa sih?" tanya Kenzi bingung, sedangkan yang ditanya pun juga bingung akan menjawab apa.
"Nanti kita jelasinnya, sekarang kita harus pulang," ujar Lya dengan menatap mereka semua.
Kenzi semakin dibuat bingung dengan tingkah mereka. Ia semakin penasaran apa yang terjadi, terlihat tak jauh dari mereka Dirga dan lainnya juga berlarian kecil ke arah mereka.
Mereka berhenti tepat di depannya Kenzi dan yang lain berkumpul. Nafas mereka masih terengah-engah, mungkin akibat berlarian turun dari bukit dan langsung menuju mereka.
Tadi Rangga sempat mengajak mereka untuk naik bukit yang tak terlalu tinggi bersama-sama, tetapi langsung di tolak mentah-mentah oleh Lya karena kondisi Kenzi yang belum terlalu sehat.
"Udah izin ke guru?" tanya Rangga pada mereka dan di balas gelengan oleh mereka.
"Belum ada yang bilang sama guru, mending kita langsung bilang aja sama minjem mobil guru, karena gak mungkin kalo kita jalan kaki," ujar Dila lalu dibalas anggukan kecil oleh yang lain.
"Gak usah, kemaren gue sama Bagas bawa mobil soalnya kita ketinggalan bis," ucap Aldo dengan menggaruk tekuk kepalanya yang tidak gatal.
Hikari menjentikkan jarinya, "Kebodohan yang menjadi solusi."
"Yaudah kalian izin dulu dan yang lain langsung ke mobil, gue bakal nyusul nanti sama guru dan murid-murid yang lain, gak mungkin kalo mereka gak dateng," kata Citra lalu di angguki oleh mereka.
Rangga dan Dila berlari ke tenda guru untuk meminta izin agar diperbolehkan untuk pulang terlebih dahulu.
Awalnya izin mereka di tolak oleh para guru. Namun, setelah mengetahui alasannya guru-guru menyetujui permintaan kedua remaja tersebut.
"Baiklah kalian duluan saja, nanti ibu dan mungkin beberapa murid juga akan ikut pergi ke sana," ujar guru tersebut dan di balas anggukan oleh keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leader Girl (END)
Novela JuvenilTentang sebuah kisah yang melibatkan banyak hati dan perasaan, tentang lingkaran takdir yang selalu membelenggu manusia. Tentang permainan takdir yang entah bagaimana maunya. Tentang misteri takdir yang selalu mengikat manusia, bagaimana tuhan menja...