"Ternyata belum tau? Baguslah, makin banyak kesempatan gue buat hancurin hubungan lo." Sebuah senyum miring tercetak jelas di bibirnya. Ia sangat puas dengan apa yang ia dengar barusan.
Kelas yang terasa paling lama adalah kelas yang mendekati waktu pulang. Entah kenapa jika mendekati waktu pulang, jam seolah-olah berhenti berdetak dan membuat para murid mengeluh tentang segala pelajaran yang mereka dapatkan.
Sama halnya dengan Kenzi, gadis ini malah sibuk mencoret-coret buku bagian belakangnya menggunakan bolpoin. Jujur ia sangat bosan mendengar penjelasan dari gurunya, apalagi ini tentang sejarah yang berkaitan dengan masa lalu. Padahal 'kan seharusnya masa lalu tak perlu diingat lagi. Misalnya kaya mantan tuh, udah jadi masa lalu yaudah gak perlu buat diinget lagi.
Sebuah getaran yang berasal dari sakunya mengalihkan intensitas Kenzi. Ia mengambil benda pipih itu lalu membuka pesan yang masuk pada gawainya.
Untung saja ia duduk di meja pojok belakang, jadi guru tak akan mengetahui gerak-geriknya.
Dirga Alvaro: Pulang sekolah tunggu gue didepan kelas!
Kenzi hanya membaca pesan tersebut lalu mengembalikan ponselnya pada tempat semula. Tak ada niatan untuk membalas pesan Dirga sama sekali, selain karena malas, tak guna juga ia membalasnya, dibalas atau tidak toh nanti Dirga akan tetap menjemputnya.
Akhirnya penantian panjang dari semua murid terbayarkan. Bel pulang sudah bernyanyi di seluruh penjuru sekolah. Serasa mendapatkan sebuah peti hadiah, semua murid bersorak kegirangan.
Guru itu membereskan buku-bukunya lalu mengucapkan salam sebelum akhirnya melangkah meninggalkan kelas.
Kenzi masih terduduk di dalam kelas, ia masih enggan untuk keluar kelas, Dirga juga belum sampai di kelasnya dan itu yang membuatnya malas untuk beranjak dari tempat duduknya.
"Ken, lo gak pulang?" tanya Vanda yang sudah berdiri di sebelahnya Kenzi dengan tas yang berada disalah satu bahunya.
"Nungguin Dirga, males gue nunggu diluar," balas Kenzi seraya memasukan buku sejara kedalam tasnya.
Vanda hanya manggut-manggut, "Kenapa gak samperin ke kelasnya aja?" tanya Vanda.
Kenzi nampak berfikir lalu menatap kearah Vanda. Gadis itu menyeritkan dahinya, perasaannya sudah tidak enak jika Kenzi menatapnya seperti itu.
"Tapi temenin," ujar Kenzi dengan menaik turunkan alisnya.
Vanda memutar bola matanya malas, benar bukan dugaannya. Jika Kenzi pasti akan memintanya untuk menemaninya ke kelas Dirga.
"Ayo buruan!" ketusnya sembari berjalan meninggalkan Kenzi yang masih mengambil tasnya.
Mereka berdua berjalan beriringan menuju kelas Dirga. Sedangkan, teman-temannya yang lain sudah pulang terlebih dahulu karena ada problem katanya, tapi Kenzi tidak yakin jika benar-benar ada masalah, bisa jadi mereka pulang duluan dan meninggalkan mereka hanya untuk pacaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leader Girl (END)
Teen FictionTentang sebuah kisah yang melibatkan banyak hati dan perasaan, tentang lingkaran takdir yang selalu membelenggu manusia. Tentang permainan takdir yang entah bagaimana maunya. Tentang misteri takdir yang selalu mengikat manusia, bagaimana tuhan menja...