"Bagaimana bisa mempertahankan sebuah hubungan jika dilandaskan pada suatu kebohongan."
"Kenapa lo?" tanya Dirga yang berjalan mendekati Rangga yang tak biasanya menyendiri dan tak ikut berbaur dengan yang lainnya.
Rangga terlihat sedang melamun dan entah sedang memikirkan apa. Wajahnya terlihat sangat kusut, Dirga dapat menebak jika lelaki itu sedang ada masalah dengan Dila. Pasalnya kemarin sebelum pulang, ia melihat Rangga sedang beradu mulut dengan Dila.
Rangga meletakkan ponsel tersebut lalu beralih mengambil botol minum di atas meja, ia meneguknya hingga tersisa setengah lalu menghembuskan nafas pelan.
"Ada masalah sama Dila? Selesaikan dengan kepala dingin, jangan pakek emosi apalagi pakek urat," ujar Dirga dengan menatap layar ponselnya. Dirinya tahu jika Rangga seperti ini karena masalah kemarin, akan tetapi ia tak tahu detail dari masalah mereka.
"Pertahankan sebisa mungkin, karena mempertahankan tak semudah mendapatkan," sambung Dirga.
Lagi-lagi Rangga terlihat menghela nafas, "Bagaimana bisa mempertahankan sebuah hubungan jika dilandaskan pada suatu kebohongan." Rangga menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa dengan mata yang menatap ke arah langit-langit ruangan. "Bahkan seolah-olah gue gak kenal siapa dia yang sebenarnya, dan lo juga sebenarnya gak tau siapa Kenzi," ucap Rangga dengan nada sangat pelan pada kata-kata terakhirnya sampai-sampai Dirga yang duduk diseberangnya tak dapat mendengarnya.
"Mungkin dia masih belum bisa ngungkapin apa yang dia sembunyikan, lo gak boleh ngambil keputusan secara sepihak dan jangan sampai lo nyesel akhirnya." Dirga meletakkan ponselnya dan menatap Rangga.
Rangga mengalihkan pandangannya ke arah Dirga, "Apa lo bakal tetep bertahan meski banyak yang Kenzi sembunyiin dari lo? Bahkan tentang dirinya sebenarnya?"
Dirga menautkan kedua alisnya, mengapa tiba-tiba Rangga membahas tentang Kenzi. Apa masalahnya juga menyangkut tentang Kenzi, akan tetapi apa yang Kenzi sembunyikan ia yakin jika gadisnya tidak pernah menyembunyikan apapun darinya.
"Selagi gue mampu, gue akan tetap bertahan. Tapi kalo emang dia benar-benar nyuruh gue menjauh dan hubungan kita udah dititik terendah, mungkin gue akan mundur," jawab Dirga seadanya.
Ia tak tahu kenapa, saat mengatakan semua itu rasanya ada yang bergejolak di dalam hatinya. Seakan-akan kepercayaan yang ia taruh pada Kenzi akan lenyap seketika.
***
"Gue terlalu egois ya? Tapi gue bingung, Dil harus pilih siapa. Keduanya sangat berarti bagi gue."
Dila menghela nafas, ia dan Kenzi sama-sama memiliki masalah dalam hubungan asmara mereka.
Pagi tadi Dila memutuskan untuk bertemu dengan Kenzi dan menceritakan tentang apa yang sudah diketahui oleh Rangga. Tentunya Kenzi terkejut akan hal itu, tetapi bukan hanya Kenzi yang terkejut melainkan juga Dila, karena ia baru tahu jika Cakra sudah kembali.
"Lepasin Cakra kalo emang Dirga berarti buat lo." Suara itu berasal dari arah pintu.
Kenzi dan Dila tersentak ketika melihat siapa yang masuk dari ruang tamu, lelaki itu duduk di sofa samping Dila.
"Kenapa bisa masuk dan sejak kapan lo disitu?!" pekik Kenzi saat tersadar dari keterkejutannya.
Rangga menggidikan bahunya, "Sejak lo cerita tentang Cakra. Tadi niat gue mau nemuin Dila dirumahnya, tapi kata nyokapnya dia ditempat lo, yaudah gue kesini aja. Terus waktu mau bunyiin bel rumah lo, tiba-tiba pembantu lo dateng dan langsung nyuruh gue masuk," jelas Rangga panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leader Girl (END)
Teen FictionTentang sebuah kisah yang melibatkan banyak hati dan perasaan, tentang lingkaran takdir yang selalu membelenggu manusia. Tentang permainan takdir yang entah bagaimana maunya. Tentang misteri takdir yang selalu mengikat manusia, bagaimana tuhan menja...